Kenangan Manis Ramadhan di Masa Kecil
Adzan Subuh berkumandang di masjid dekat rumah, dari berbagai penjuru anak-anak berlarian menuju masjid. Beberapa sudah bersarung dan berpeci rapi dari rumah, lainnya dengan santai mencangklong sarungnya di pundak. Sementara anak-anak gadis sudah memakai mukenanya.
Halaman masjid yang semula sepi pagi itu mendadak riuh dengan kedatangan mereka. Anak-anak gadis lebih bisa menjaga perilaku. Hanya berbisik saat bicara. Berbeda dengan anak laki-laki yang bahkan dengan lantang berteriak memanggil teman-temannya.
Energi yang Tak Pernah Habis
Selepas sholat subuh kembali anak-anak dengan riuh menuju lapangan yang berada tak jauh dari masjid. Tanpa dikomando langsung membentuk tim untuk memulai permainan gobak sodor.
Permainan yang membutuhkan kerja sama, ketangkasan dan stamina tinggi ini sangat diminati. Permainan berlangsung seru meski dalam keadaan remang-remang selepas subuh. Bahkan matahari belum menampakkan dirinya
Waktu itu sekolah libur selama sebulan. Masa libur kenaikan kelas bertepatan dengan bulan Ramadhan. Jadi kami harus mencari kesibukan sendiri, karena tidur-tiduran di rumah bukan solusi dari kebosanan.
Meski seringkali permainan berakhir tragis, yeah ada yang berkelahi karena merasa tidak terima dengan kemenangan lawan, ada yang menangis karena berbagai sebab, namun setiap hari selalu saja lapangan tak pernah sepi. Anak-anak yang kemarin bertengkar kembali berkumpul dan bermain seperti tak terjadi apa-apa.
Begitulah dunia anak-anak. Sederhana.
Jika sudah bosan dengan satu permainan kami mengganti dengan permainan lain. Yang populer waktu itu adalah lompat tali. Menggunakan karet gelang yang dikepang panjang dan ditentang untuk kemudian diloncati oleh tim yang menang undian.
Permainan beregu mengajarkan anak-anak untuk bekerja sama dan berlatih menyesuaikan diri. Tanpa disadari permainan-permainan sewaktu kecil itu mengajarkan banyak hal. Selain melatih motorik tentunya.
Bersepeda ke Monas
Ada satu kegiatan yang menantang. Kami berombongan bersepeda ke Monas dari konplek tempat tinggal di daerah Matraman. Entahlah, kenapa dulu kami santai saja bermain sejauh itu. Jarak yang lumayan untuk anak-anak sekolah dasar mengayuh sepeda. Apalagi saat itu sedang berpuasa.
Jarak sejauh itu tak terasa karena bersama dengan teman. Tahu-tahu kami sudah sampai di Monas.