Eka MP
Eka MP Administrasi

Pecandu Teh dan Penikmat Buku

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Tong Tong Prek dan Bubur Pacar Cina Tradisi Sahur di Rumah Nenek

1 Mei 2021   23:05 Diperbarui: 1 Mei 2021   23:33 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tong Tong Prek dan Bubur Pacar Cina Tradisi Sahur di Rumah Nenek
Doc. Pribadi

Rupanya membangunkan orang sahur dengan cara seperti itu adalah tradisi di kampung nenek. Anak-anak berkumpul membawa berbagai benda yang bila dipukul menimbulkan suara keras.

Panci, kaleng, kentongan dan lain-lain dibawa masing-masing anak yang ikut arak-arakan keliling kampung. Tradisi ini disebut "Tong Tong Prek". Tradisi yang hanya ada di bulan Ramadhan untuk membangunkan orang-orang di waktu sahur. 

Anak-anak berkumpul dan berkeliling kampung dengan penuh semangat. Setelahnya mereka akan menuju ke mushola dan menyantap makan sahur bersama orang-orang yang bertadarus semalaman. Makanan disediakan oleh warga sekitar. 

Taktik Nenek yang Selalu Berhasil

Menempatkan kami di kamar depan adalah taktik Nenek agar tak repot membangunkan kami. Nenek tahu kami akan sulit sekali dibangunkan. Terkadang sudah bangun pun pindah tidur ke tempat lain. 

Dengan adanya tradisi Tong Tong Prek nenek tak perlu terlalu repot lagi. Sudah ada yang membantunya membuat kami terjaga.

Bubur Pacar Cina Sebaskon

Satu lagi tradisi sahur di rumah nenek yang tak lekang dalam ingatan. Setiap Ramadhan nenek menyediakan bubur pacar cina yang ditaruh di baskom besar bermotif lurik. 

Setelah makan biasanya kami menikmati semangkuk kecil bubur pacar cina ini. Rasanya tak afdol kalau belum menutup sahur dengan menu yang satu itu. 

Jadi kami tak ingin bangun mepet waktu subuh agar masih ada waktu untuk bubur pacar cina. Jika kesiangan tak tak sempat memakannya maka puasa hari itu akan terasa panjang. Karena kami harus menunggu waktu Maghrib untuk bisa bertemu lagi dengan bubur kesayangan. 

Dulu tak ada lemari es di rumah nenek. Jadi buburnya hanya ditaruh di baskom lalu ditutup dengan tutup panci besar. Tapi anehnya berhari-hari pun tak lantas jadi basi. Sampai sekarang saya tak tahu rahasianya. 

Entah kenapa bubur yang disediakan nenek rasanya istimewa. Manis gurihnya pas.  Beda jika membeli di tempat lain. Selalu ada rasa yang kurang. 

Bubur yang selalu membuat rindu. Mungkin itu salah satu cara nenek membahagiakan cucunya. Tak perlu makanan mewah cukup menyediakan kesukaan cucu-cucunya saja sudah membuat kami bahagia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun