Eko S Nurcahyadi
Eko S Nurcahyadi Akuntan

Aktivis di Ormas, Pegiat Literasi, Pendididikan di Pesantren NU, Profesional Muda

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Jadikan Puasa Ramadan 2020 sebagai Titik Balik Kesalehan

17 Mei 2020   23:39 Diperbarui: 17 Mei 2020   23:49 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jadikan Puasa Ramadan 2020 sebagai Titik Balik Kesalehan
ceramah acara pudunan warga Lemahsari Lemahireng Bawen dok Eko S Nurcahyadi

Karena itu waspadalah wahai saudara-saudara sekalian. Tidak mudah membersihkan hati yang sudah berkerak dan keras. Hanya inayah (pertolongan) Allah SWT yang sanggup mengembalikan hati kepada fitrah yang suci, jernih, tenang, damai dan welas asih.

Jamaah pudunan Lemahsari Lemahireng Bawen dok Eko S Nurcahyadi
Jamaah pudunan Lemahsari Lemahireng Bawen dok Eko S Nurcahyadi
Saudara-saudaraku yang saya cintai

Allah maha pemurah, kita diberi peluang besar dalam bulan Ramadan dengan segala keistimewaannya. Beberapa riwayat menyatakan Ramadan sebagai bulan rahmah karena penuh limpahan kasih sayang Allah SWT.
Kemudian sebagai bulan maghfirah karena penuh ampunan dari Allah SWT atas dosa-dosa hambanya. Lalu terakhir bulan ithqonum minannar (pembebasan manusia dari api neraka).

Dari riwayat itu jika dimaknai dengan cara pandang lain adalah bahwa Ramadan itu merupakan satu hamparan luas untuk dijadikan medan pertarungan bagi manusia yang ingin derajat lebih baik. Hingga derajat terbaik yaitu manusia bertakwa.

Kesempatan untuk memperoleh predikat baru sebagai pemenang tentu melalui serangkaian pertempuran. Lalu dalam konteks Ramadan karena dimensinya ukhrawi maka lawan terbertnya tentu hawa nafsu yang bercokol dalam hati sebagai representasi dimensi ruhani manusia.

Manusia telah diberi peta jalan oleh ulama makrifat menuju kegemilangan melalui puasa dalam tiga segi. Puasa normatif sesuai kaidah syari'at yakni kuat menahan syahwat makan, minum dan seks pada pasangan sah dari fajar hingga maghrib.

Kedua puasa dari nafsu yang menjangiki panca indera. Mata ditahan dari keinginan melihat yang menimbulkan syahwat selanjutnya. Telinga diberhentikan dari mendengar pembicaraan tak penting. Kaki dan tangan dihindarkan dari langkah tindakan tak terpuji.

Ketika puasa tertinggi yakni menahan gerak hati yang menuju sifat-sifat m
buruk hati tadi seperti yang dijelaskan Imam Al Ghazali dalam sembilan sifat madzmumah.

Dengan perang totalitas lahir batin di bulan penuh berkah ini insyaallah akan menjadi ruhani saudara-saudara akan sampai pada titik balik yang akan mengubah semua warna lebih baik, lebih barakah dan lebih manfaat di dunia lebih-lebih di akhirat kelak.

Demikian sedikit siraman rohani dari saya semoga bermanfaat.
Bila ada tutur kata yang tidak berkenan di hati saudara-saudara saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Akhiron wal afwu minkum
Wallohul muwaffiq ila aqwami thariq
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun