RAMADAN

Parade Grebeg Ketupat (Riyoyo Ketupat) di Kota Batu

17 April 2024   21:31 Diperbarui: 17 April 2024   23:56 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parade Grebeg Ketupat (Riyoyo Ketupat) di Kota Batu
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS


Oleh: Eko Windarto

Grebeg Ketupat merupakan tradisi besar yang dilakukan oleh masyarakat Batu, Jawa Timur setiap tahunnya. Tradisi ini termasuk dalam rangkaian perayaan Hari Raya Idul Fitri dan diadakan pada hari ke-7 setelah lebaran. Parade Grebeg Ketupat ini menarik perhatian banyak wisatawan dari berbagai belahan dunia dan menjadi salah satu daya tarik wisata di Batu.

Namun, tahukah Anda tentang asal usul dari Parade Grebeg Ketupat ini? Sebenarnya, Grebeg Ketupat memiliki kisah yang sangat menarik dan kaya akan budaya. Grebeg Ketupat dipercaya sudah ada sejak abad ke-10 sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur oleh para pemuka agama Islam pada masa itu.

Pada saat itu, Grebeg Ketupat hanya diadakan di wilayah Gresik, tetapi kemudian menyebar ke daerah lain seperti Batu dan Malang. Grebeg Ketupat di Batu dimulai pada tahun 1952 ketika seorang tokoh agama setempat bernama K.H. Abdul Wahid memberikan ide untuk mengadakan parade karnaval sebagai bentuk rasa syukur atas berkah yang diberikan oleh Allah SWT.

Sejak saat itu, Parade Grebeg Ketupat di Batu menjadi semakin populer dan digelar setiap tahunnya dengan semakin meriah. Parade ini menjadi simbol untuk menyatukan berbagai suku dan agama di Batu serta menjadi ajang untuk merayakan keberagaman budaya yang ada di kota tersebut.

Pada Parade Grebeg Ketupat di Batu, ribuan warga setempat berkumpul bersama untuk mempersiapkan acara ini dengan merangkai berbagai macam ketupat dengan bahan utama dari beras ketan. Hasil rancangan dan karya ini kemudian ditampilkan dalam parade yang memperlihatkan kreasi yang sangat indah dan mengesankan.

Setiap ketupat yang dibuat memiliki arti dan simbol tersendiri yang merupakan perwujudan dari nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan di kota Batu. Begitu pula dengan acara Grebeg Ketupat sendiri, yang memang bukan hanya sekadar parade karnaval semata, namun juga merupakan upaya mempertahankan warisan budaya yang sangat kaya di kota Batu dan Indonesia pada umumnya.

Dalam rangkaian acara Parade Grebeg Ketupat di Batu, terdapat pula tradisi pembagian ketupat secara gratis kepada masyarakat yang hadir. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian sosial dari para panitia acara dan sebagai upaya untuk mempererat tali silaturahmi antara masyarakat Batu.

Jadi, Grebeg Ketupat bukan hanya tentang parade karnaval semata, namun juga merupakan ajang untuk merayakan dan memperkuat keragaman budaya serta mempererat tali silaturahmi antar umat beragama di kota Batu dan Indonesia pada umumnya. Semoga tradisi ini tetap terus dilestarikan dan menjadi panutan bagi generasi muda untuk mencintai dan melestarikan budaya Indonesia.

Batu, 1742024

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun