Tradisi Qunutan
Setelah diisi dengan beras, ketupat akan direbus. Proses memasak ketupat biasanya cukup lama. Waktu yang dibutuhkan kurang-lebih 3 -- 4 jam. Durasi perebusan ketupat cukup lama karena ketupat dimasak saat beras masih dalam kondisi mentah. Berbeda jika kita membuat buras yang proses memasaknya vukup satu atau dua jam. Hal ini dikarenakan buras menggunakan bahan beras yang sudah setengah matang.
2. Media pembelajaran
Anak-anak pun tidak kalah sibuk. Mereka yang belum bisa membuat urung kupat akan belajar pada teman atau orang tuanya. Kegiatan belajar membuat ketupat ini menjadi sangat istimewa bagi mereka. Membuat urung kupat memerlukan tingkat pemahaman yang cukup tinggi karena proses pembuatan ketupat memiliki pola persilangan yang tidak mudah. Akan tetapi para orang tua kita memiliki keahlian itu dengan sangat baik, bahkan sejak mereka anak-anak.
Mampu membuat ketupat merupakan keahlian yang perlu dilestarikan. Kita tidak bisa membayangkan jika satu generasi di masyarakat kita semuanya tidak mampu membuatnya. Bukankah akan membahayakan karena salah satu nilai kearifan lokal kita juga akan terancam punah? Semoag hal tersebut tidak terjadi. Maka, sangat baik dan bujaklah kiranya, para orang tua mengajarkan anak-anaknya ilmu membuat ketupat.
Selain ketupat, ada beberapa makanan tradisional yang juga dibuat, seperti 'lepet' dan 'gemblong'. Jika ketupat berbahan dasar beras biasa, lepet dan gemblong menggunakan bahan dasar beras ketan. Melestarikan budaya adalah kewajiban kita sebagai masyarakat yang hidup di tengah-tengah masyarakat.
3. Mengajarkan nilai persatuan
Jika di antara kami ada yang tidak memiliki pohon kelapa, biasanya kami akan saling berbagi. Meskipun di semua pasar banyak yang menjualnya baik dalam kondisi masih daun (janur) atau yang sudah menjadi kerangka ketupat. Namun, tentu ini memerlukan biaya tambahan.
Dengan berbagi sesama tetangga, mengukuhkan nilai persatuan di antara masyarakat. Hal ini sangat baik dan dianjurkan dalam agama kita, Islam. Persatuan masyarakat mampu menciptakan ketenangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hal ini juga bisa menjadi penangkal terjadinya perpecahan dan perselisihan.
Sebagai kesimpulan, terlepas dari perbedaan pendapat mengenai qunut, kami memiliki pandangan lain yang sangat sederhana. Bahwasanya sebagai manusia yang merupakan bagian dari sekelompok masyarakat, kita tidak bisa hidp sendiri. Selalu ada ketergantungan dan keterikatan dengan dunia luar. Keterikatan ini mampu mengikis benih-benih keegoisan yang berujung pada perpecahan di masyarakat.
Siapa pun kita dan apa pun pilihan hidup kita, menghargai sesama hamba Allah sepatutnya harus dikedepankan dan dijunjung tinggi.
#Ramadankonsistenmenulis
#Challengedirisendiri