TRADISI Pilihan

Tradisi Qunutan

17 April 2022   09:22 Diperbarui: 17 April 2022   09:26 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Qunutan
Tradisi. Sumber ilustrasi: UNSPLASH

Setelah diisi dengan beras, ketupat akan direbus. Proses memasak ketupat biasanya cukup lama. Waktu yang dibutuhkan kurang-lebih 3 -- 4 jam. Durasi perebusan ketupat cukup lama karena ketupat dimasak saat beras masih dalam kondisi mentah. Berbeda jika kita membuat buras yang proses memasaknya vukup satu atau dua jam. Hal ini dikarenakan buras menggunakan bahan beras yang sudah setengah matang.

2. Media pembelajaran

Anak-anak pun tidak kalah sibuk. Mereka yang belum bisa membuat urung kupat akan belajar pada teman atau orang tuanya. Kegiatan belajar membuat ketupat ini menjadi sangat istimewa bagi mereka. Membuat urung kupat memerlukan tingkat pemahaman yang cukup tinggi karena proses pembuatan ketupat memiliki pola persilangan yang tidak mudah. Akan tetapi para orang tua kita memiliki keahlian itu dengan sangat baik, bahkan sejak mereka anak-anak.

Mampu membuat ketupat merupakan keahlian yang perlu dilestarikan. Kita tidak bisa membayangkan jika satu generasi di masyarakat kita semuanya tidak mampu membuatnya. Bukankah akan membahayakan karena salah satu nilai kearifan lokal kita juga akan terancam punah? Semoag hal tersebut tidak terjadi. Maka, sangat baik dan bujaklah kiranya, para orang tua mengajarkan anak-anaknya ilmu membuat ketupat.

Selain ketupat, ada beberapa makanan tradisional yang juga dibuat, seperti 'lepet' dan 'gemblong'. Jika ketupat berbahan dasar beras biasa, lepet dan gemblong menggunakan bahan dasar beras ketan. Melestarikan budaya adalah kewajiban kita sebagai masyarakat yang hidup di tengah-tengah masyarakat.

3. Mengajarkan nilai persatuan

Jika di antara kami ada yang tidak memiliki pohon kelapa, biasanya kami akan saling berbagi. Meskipun di semua pasar banyak yang menjualnya baik dalam kondisi masih daun (janur) atau yang sudah menjadi kerangka ketupat. Namun, tentu ini memerlukan biaya tambahan.

Dengan berbagi sesama tetangga, mengukuhkan nilai persatuan di antara masyarakat. Hal ini sangat baik dan dianjurkan dalam agama kita, Islam. Persatuan masyarakat mampu menciptakan ketenangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hal ini juga bisa menjadi penangkal terjadinya perpecahan dan perselisihan.

Sebagai kesimpulan, terlepas dari perbedaan pendapat mengenai qunut, kami memiliki pandangan lain yang sangat sederhana. Bahwasanya sebagai manusia yang merupakan bagian dari sekelompok masyarakat, kita tidak bisa hidp sendiri. Selalu ada ketergantungan dan keterikatan dengan dunia luar. Keterikatan ini mampu mengikis benih-benih keegoisan yang berujung pada perpecahan di masyarakat.

Siapa pun kita dan apa pun pilihan hidup kita, menghargai sesama hamba Allah sepatutnya harus dikedepankan dan dijunjung tinggi.

#Ramadankonsistenmenulis
#Challengedirisendiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun