Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi, Istimewa dan Bersejarah
Kalau sedang jalan-jalan ke Banyuwangi dan mampir ke taman Sri Tanjung, pasti langsung tahu ada masjid Agung Baiturrahman di sisi sebelah baratnya. Masjid ini istimewa karena berada di jantung kota Banyuwangi, dan juga menjadi saksi sejarah berkembangnya kabupaten Banyuwangi.
Masjid ini sudah ada sejak tahun 1773 dan menjadi sentra perkembangan islam di Banyuwangi kala itu. Sejarah berdirinya Masjid Agung Baiturrahman tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Banyuwangi, karena keduanya memiliki keterkaitan, sama-sama didirikan oleh Bupati Blambangan terakhir sekaligus Bupati Banyuwangi pertama yaitu Raden Tumenggung Wiroguno 1 atau Raden Mas Alit. Masjid ini menjadi ikon Banyuwangi karena letaknya yang strategis yaitu di depan alun-alun Sri Tanjung, bersebelahan dengan Pendapa Sabha Swagatha Blambangan ( rumah dinas Bupati) serta dekat dengan pasar Banyuwangi, sehingga sirkulasi perekonomian lancar. Tata letak seperti ini banyak juga digunakan oleh walisongo dalam menyebarkan agama islam.
Menjadi masjid tertua di Banyuwangi, tentu Masjid Baiturrahman sudah mengalami renovasi beberapa kali sampai tahun 2016. Masjid ini mempunyai 11 kubah, dan kubah utamanya berdiameter 13,5 meter terletak di tengah dan menyanggah ruang utama, di bawahnya terdapat lampu hias yang besar. Terdapat pula kkubah geser bisa yang berada di serambi utara dan selatan lantai 2. Selain mempercantik masjid, kubah geser berfungsi sebagai ventilasi terbuka raksasa agar sirkulasi udara di dalam ruangan tetap baik.
Tangga utama yang megah menuju lantai 2 tepat berada di depan bagian masjid. Arsitekturnya bernuansa islami dengan kaca grafir berlafadz nama Allah dan Muhammad berada di ruang utama. Hampir semua warna masjid didominasi warna hijau emerald pada pintunya, dan warna turquoise pada dindingnya. Pintu-pintunya terbuat dari kayu jati berukir 9 bintang yang memiliki makna sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa atau cahaya ulama yang merepresentasikan akhlaq yang telah diajarkan para ulama sebagai dasar pijakan umat.
Di halaman masjid terdapat Air Mancur Dzikir Cinta berda di depan aula masjid yang berbentuk bunga anturium raksasa. Air mancur ini juga berfungsi sebagai tempat wudhu' jama'ah.
Yang bikin saya semakin kagum, di dalam masjid ini ada perpustakaannya juga. Tetapi pada waktu saya ke sana perpustakaan sedang tutup, jafi tidak bisa melihat koleksi buku-buku yang dimiliki masjid Baiturahman. Di lantai 2 terdapat Al Qur'an raksasa yang berukuran 2 x1,5 meter dan bobotnya mencapai 4 kwintal yang digunakan tadarus saat bulan ramadan.
Selama bulan Ramadan ini masjid Baiturrahman juga menyediakan takjil gratis untuk jamaah, serta kegiatan rutin seperti kajian ramadan atau 'Ngerandu Buko' dalam Bahasa osing di jam 4 sore, kultum ba'da subuh, serta pengajian Hajat yang dimulai pukul 11 malam. Masih ada dua belas hari sisa ramadan, tidak ada salahnya kita pergi ke masjid untuk menambah amalan di bulan ramadan sekaligus berwisata religi mengenal masjid di kota tempat kita tinggal.