Pengalaman Mudik "Motoran" Aman, Nyaman, dan Menyenangkan
Pengalaman mudik jauh pertama kali saya alami ketika saya menikah dengan orang Banyuwangi. Dua puluh tiga tahun sebelumnya belum pernah merasakan yang namanya mudik, karena ibu dan bapak saya rumahnya dulunya hanya beda desa. Jadi saat lebaran kami semua berjalan kaki ke rumah kakek dan nenek, tidak usah naik mobil atau motor, apalagi ikut mudik gratis, pasti tidak ada rutenya, hehe..
Jadi sejak 2013 saya akhirnya merasakan mudik ke kampung halaman suami di Banyuwangi. Saat itu saya dan suami sama-sama bekerja di Mojokerto dan tinggal di sana. Pertama kali mudik saya dan suami tidak tahu kalau tiket kereta api sudah bisa dipesan 90 hari sebelum lebaran, akibatnya kami kehabisan tiket karena baru mau pesan tiket disaat dekat hari lebaran.
Akhirnya kami memutuskan mudik menggunakan motor. Kami menempuh jarak 334,3 kilometer lewat jalur pantura. Dari Mojokerto, Gempol, Pasuruan, kemudian Probolinggo, Situbondo, dan Banyuwangi. Ternyata mudik naik motor juga menyenangkan. Kami mudik saat H-5 lebaran, berarti saat itu kami masih dalam kondisi puasa.
Kami berangkat selepas subuh dan tiba sekitar jam 5 sore, tentu kami lebih sering berhenti untuk beristirahat bahkan tidur ketika badan sudah mulai lelah dan mata mulai ngantuk. Tidak ada target harus sampai jam berapa, karena kami memang berniat mudik sesantai mungkin. Tapi kami hanya memperkirakan agar tidak terlalu gelap saat masuk hutan Baluran. Pengalaman mudik ini akhirnya berlanjut sampai sebelum kami mempunyai anak.
Ada beberapa alasan kami kenapa mudik menggunakan motor:
Pertama, biasanya kami tidak dapat tiket kereta. Kami juga telat mendapat info tentang mudik gratis. Jadi jujur kami belum pernah merasakan mudik gratis. Untuk mudik menggunakan armada lain seperti bus, bukan menjadi pilihan kami berdua, karena kami mempunyai pengalaman buruk saat naik bus umum.
Jadi kereta api menurut kami kendaraan umum jarak jauh yang lebih aman. Untuk sewa mobil, kami menghitung akan lebih mahal, karena saat lebaran rate sewa mobil naik 2x lipat dari harga biasanya. Jadi, motor lah solusinya.
Kedua, naik motor lebih bebas. Jika naik motor, kita bisa mengatur jam berangkat, kapan waktu istirahat, atau mau berhenti dimana saat istirahat.
Ketiga, Lebih murah, tentu dibanding sewa mobil atau naik kereta api, pasti lebih murah naik motor (kecuali naik kereta ekonomi Tawang Alun, itupun kami harus motoran dulu ke stasiun Bangil)
Keempat, bisa menikmati pemandangan dengan leluasa. Saat melintasi jalur pantura kita akan disajikan pantai-pantai indah mulai dari Probolinggo sampai Situbondo. Saat arus balik setelah lebaran. Kita bisa singgah di pantai menikmati es kelapa muda. Jadi seru waktu mudik menggunakan motor.
Tetapi disisi lain, mudik dengan menggunakan motor juga ada tidak enaknya, misalnya kepanasan dan saat musim hujan kami sering kehujanan. Belum lagi polusi di jalan yang membuat semakin kotor wajah. Apalagi saat puasa, kita tidak bisa singgah sekadar minum air.