Elviza Diana
Elviza Diana Freelancer

Ibu,penulis,jurnalis,dan penjelajah

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Sudahkah Kita Adil pada Alam?

17 Mei 2020   23:28 Diperbarui: 17 Mei 2020   23:40 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sudahkah Kita Adil pada Alam?
Kebakaran hutan dan lahan gambut  2019 di Tanjabtim, Provinsi Jambi / Elviza Diana 

Selama Pandemik ternyata tak menurunkan tingkat konflik pengelolaan sumber daya alam di Jambi. Dalam kurun waktu dua minggu terakhir, setidaknya ada 3 kasus perebutan akibat salah urus pengelolaan sumber daya alam. Tindakan intimidasi, kekerasan verbal dan perusakan kebun masyarakat oleh perusahaan HTI di Kabupaten Tebo mengawali buruknya tata kelola sumber daya alam yang selama ini terjadi. Kemudian disusul dengan penusukan dan penyanderaan polisi oleh oknum masyarakat saat usai merazia aktifitas Penambangan Emas Tanpa Izin di Kabupaten Bungo. Belum lagi menghilang dari ingatan kedua kasus itu, Selasa (12/5) Orang Rimba berkonflik dengan penjaga kebun perusahaan kebun sawit di Merangin karena mencuri.

Izin yang tumpang tindih, keserakahan, dan juga salah urus dalam mengelola alam berakibat fatal. Pandemik yang kita rasakan saat ini juga berawal dari keserakahan manusia mengeksploitasi alam dan isinya. Manusia diciptakan dengan alam beserta isinya agar dapat mempergunakan dengan sebaik-baiknya dan hidup selaras dan seimbang. Namun banyak dari kita yang tidak menyadarinya. Dalam Al-quran sudah diperingatkan akan potensi keserakahan manusia yang berimbas pada keruskan alam dan isnya. Seperti yang tertuang di Qs ar- ruum

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut di sebabkan oleh perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS ar-Ruum [30]: 41). 

Adil seperti yang dikatakan Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia mengingatkan kita kembali apakah sejak dalam pikiran kita sudah berbuat adil pada alam serta mahluk lain yang sama diciptakan Allah SWT. Karena dari pikiranlah berdampak pada perbuatan. Adil kah kita pada alam, sementara kita terus mengeksploitasinya tanpa batas demi nafsu keserakahan.Atau adilkah kita tak mempedulikan mahluk lain mengeruk semua hasilnya tanpa mau tahu ada manusia lain di dalamnya, ada hewan dan tumbuhan yang juga berhak mendapatkan hak untuk hidup.

“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.” (QS ar-Rahman [55]: 7-9). 

Adil ini disebut-sebut di Al-quran, agar kita selaku manusia tidak melampui batas keadilan. Banyak bencana adalah buah dari ketidakadilan yang kita lakukan pada alam. Momentum Ramadan dan pandemik membuat kita saling merenung, apakah keadilan itu telah kita tegakkan. Saat ini, Bumi menginginkan beristirahat dari rutinatas manusia yang hanya berpikir merekalah yang layak hidup tak mengindahkan yang lainnya. Pandemik yang juga bertepatan dengan bulan suci karena Al-quran diturunkan saat bulan ini, harusnya membuat kita belajar kebali bagaimana berlaku adil pada alam. Mulailah dari hal terkecil, berlaku adil pada pohon dengan membiarkannya hidup dan memberi hidup bagi mahluk lainnya termasuk manusia. Adil pada alam yang bersih, sungai yang jernih, laut yang bebas sampah agar makin banyak berenang ikan-ikan kecil untuk memuhi kebutuhan protein kita. Berlaku adil lah, agar kita tak lagi melihat bencana dimana-mana, konflik terjadi dan kita sudah mulai menuai apa yang kita tebarkan.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun