Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi
Belajar Keberagaman di Pasar Ramadan
Ramadan kali ini berbeda. Sangat jelas terasa. Sementara ada yang kusyuk beribadah, bahkan mengejar lailatul qadar, sebagian yang lain masih sibuk menyoal hasil pemilihan presiden. Entah Ramadan seperti apa yang diharapkan, ketika ego demi kekuasaan terus muncul tak bisa dipendam.
Saya pribadi banyak belajar dalam pilpres kali ini. Betapa dalam sebuah kompetisi, lomba, pemilihan, turnamen atau sejenisnya, tak mungkin hasilnya bisa menyenangkan banyak orang. Maka, yang paling penting adalah, fokus pada diri sendiri, fokus meningkatkan kualitas diri sendiri.
Ramadan ini adalah momen luar biasa bagi setiap manusia untuk belajar, betapa keberagaman dan kebersamaan itu sangat indah. Coba perhatikan ketika pergi ke Pasar Ramadan. Begitu banyak jenis makanan dijual. Dari makanan tradisional sampai manakanan ala luar. Semua tersaji dalam keberagaman yang luar biasa.
Coba bayangkan, seandainya di Pasar Ramadan, semua hanya menjual jenis makanan yang sama. Tak ada pilihan, baik bentuk rasa dan jenisnya. Betapa tidak nikmatnya Ramadan dijalani dengan makanan yang sama.
Lihat saja es teler atau es campur yang nikmat itu, semua karena diramu dari jenis bahan yang berbeda. Warnanya pun menjadi indah ketika semua bersatu padu demi sebuah minuman yang mampu melepas dahaga setelah seharian puasa.
Persoalannya, keindahan, keberagaman, kebhinekaan seindah apa pun, tak akan mampu dinikmati oleh mereka yang mata hatinya sudah padam, gelap dan tertutup rapat. Sama dengan mereka yang pakai kacamata kuda, hanya fokus pada satu titik, tak mau melihat kanan kiri, dan hanya mengikuti kemana arah tuannya mengayunkan cambuknya.
Tulisan ini pun sebagai salah satu bentuk keberagaman berpikir. Tak mungkin tulisan ini mampu menyenangkan semua pembaca. Bagi yang pikirannya terbuka lebar, pastilah membacanya dengan senang gembira. Tapi bagi yang sudah dipenuhi rasa benci dan curiga, maka betapa kebencian dan kecurigaan itu akan kembali pada pembacanya. Sebab saya yang menulis akan tetap merasa biasa saja. Saya tetap berpikiran positif, sekaligus mendoakan semoga semua pembaca selalu sehat dan bahagia.
Menu Pasar Ramadan itu pula gambaran kondisi bangsa ini. Isinya beragam dan macam-macam. Namun mestinya, semua menyadari bahwa keberadaannya untuk satu tujuan nasional, yakni memajukan Indonesia.
Dengan perjalanan bangsa yang semakin dewasa, maka Ramadan kali ini juga bisa menjadi penyemangat agar rakyat juga meningkat kedewasaannya dalam berpolitik. Bukan sebaliknya, malah semakin menambah daftar warga yang menjadi kanak-kanak alias merosot pemahamannya dalam bidang yang satu ini.
Sudah saatnya masing-masing individu menyadari kebaradaannya di negara ini. Ramadan setidaknya tidak hanya menjadi ajang intropeksi diri terkait hubungan dengan Sang Maha Pemberi Hidup. Namun menjadi momen juga untuk mengenali diri sendiri. Termasuk mengenal bagaimana keberadaan diri dengan orang lain yang sama, maupun yang berbeda. Berbeda dalam hal apa pun.