Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca
Tekan Pengeluaran Belanja dengan Optimalkan Lahan, "Yen Gelem Obah Bakal Mamah"
Pekarangan orang tua tidak pernah sepi sayuran, juga di belakang rumah, ada ternak ayam, meski hanya sedikit, katanya biar kalau cucu-cucunya datang tidak usah beli, lebih ngirit, demikian kata ibu.
Melalui pengalaman dan pelajaran dari kehidupan masyarakat desa itulah, akhirnya suami ikut memanfaatkan bercocok tanam sayuran. Rumah kami di blitar, meski desa, tetapi kami hanya mempunyai lahan satu meter di samping rumah.

Cara menanamnya biar tumbuh subur, dicampur dengan pupuk organik. Bila kita sering merawatnya, tanpa semprot pestisida pun, tanaman ini akan jauh dari hama.
Karena menggunakan media tanam yang minim, maka benih yang ditanam pun tidak bisa banyak. Namun, justru kita bisa sering menggantikan jenis tanaman yang berbeda, bila sawi sudah dipanen, bisa diganti kangkung, bayam sudah tua ganti dengan terong dan sebagainya.
Alhamdulillah, meski belum bisa menjualnya, sayuran ini cukup membantu kebutuhan dapur keluarga, bahkan bisa memberi manfaat ke tetangga, bila ada yang butuh bumbu dapur mendadak. Selain ngirit belanja emak-emak, juga sehat lo, karena tidak ada bahan kimia sama sekali.
Oh iya, suami juga hobi ternak, meski hanya beberapa, juga punya ayam dan lele yang pelihara di belakang rumah. Jadi, bila ada sisa makanan bisa dimanfaatkan untuk ayam.
Jadi, emak-emak, yuk ajak suami berkebun, biar tidak gegana (gelisah, galau dan merana) bila harga bahan pokok melonjak dan penghasilan menurun karena harus lockdown, tetap bisa hidup sehat dengan kebun di sekitar rumah kita.
Selamat menunaikan ibadah puasa.
Blitar, 29 April 2020
Enik Rusmiati