Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Lainnya

Enny Ratnawati A. -- Suka menulis --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Artikel Utama

Menghadapi Saudara Kepo Saat Pulang Kampung

16 April 2022   11:33 Diperbarui: 19 April 2022   01:00 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menghadapi Saudara Kepo Saat Pulang Kampung
Ilustrasi kumpul saat lebaran via www.kompas.com

Misalnya soal pekerjaan saat ini atau ada harapan dari keluarga besar untuk lebih sukses karena bekerja di luar kampung. Padahal ini tak selamanya demikian. Mungkin bila tetap stabil di pekerjaan misalnya mereka yang bekerja di bidang pemerintahan (ASN) atau BUMN bonafit tak begitu galau.

Namun bagaimana dengan mereka yang jadi pengusaha tiba-tiba usahanya bangkrut karena pandemi, atau mereka yang di-PHK karena Covid-19 dan baru bekerja lagi di perusahaan baru tentu agak menyesakkan bila mendapat pertanyaan demikian.

BUDAYA SAAT PULANG KAMPUNG

Saya tak begitu paham budaya saat pulang kampung atau mudik di tempat lain. Namun, di daerah saya adalah wajar orang bertanya kapan datang, naik apa, berapa jam perjalanan, saat ini kerja di mana, dan banyak lagi. Ya itu tujuannya untuk membuka ajang pembicaraan dan keakraban kembali.

Selain pertanyaan tadi, mereka juga suka memperhatikan oleh-oleh apa yang dibawa saat pulang kampung. Bila tangan kosong dan hanya ada sedikit dana buat perjalanan menemui orang tua, ya ada baiknya dipikirkan ulang niat buat pulang kampungnya.

Orang tua mungkin tak mengharap apa-apa dari anaknya. Namun tuntutan keluarga besar sedemikian rupa.

Soal ajang pamer saat pulang kampung, itu juga bukan ilusi. Saya tak paham, setelah Covid-19 melanda, apakah masih banyak orang yang pamer saat pulang kampung ya.

Tetapi dulu, saudara bahkan masih memperhatikan mobil apa yang dibawa pulang. Kalau ternyata ikut mudik gratis yang dulu ramai diadakan oleh BUMN atau bank-bank besar, ekspresi mereka terlihat aneh ketika diceritakan soal mudik gratis tersebut.

ilustrasi mudik (foto : kompas tv)
ilustrasi mudik (foto : kompas tv)

Belum lagi dengan budaya bagi-bagi THR (Tunjangan Hari Raya) ke keluarga besar. Kalau dulu masih bekerja dan menerima THR, mungkin tak masalah. Namun bagaimana bila tak lagi menerima THR dan hanya cukup buat tiket PP saja karena masih merintis usaha baru misalnya. Atau bekerja sebagai pekerja lepas saja yang tak ada THR-nya. Ya saya sekali lagi menyarankan sebaiknya, memang tak usah pulang kampung dulu.

Pulang kampung bukan hanya soal menemui orang tua namun akan bertemu keluarga yang lebih luas. Bila tak siap dengan segalanya, atau hanya berujung kegundahan, ada baiknya dipikirkan kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun