Erli Agustina
Erli Agustina Mahasiswa

Haloo perkenalkan saya mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka Raya, dengan bergabung kompasiana saya ingin berlajar menulis sekaligus berbagi artikel dengan para pembaca dari berbagai kalangan. saya terbuka untuk kritik dan saran agar tulisan-tulisan saya kedepannya dapat lebih baik. Terimakasih sudah membaca profil saya semoga bermanfaat ^.^

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Antara Ibadah dan Inflasi, Memahami Kenaikan Harga di Bulan Ramadan

27 Maret 2024   09:30 Diperbarui: 29 Maret 2024   14:15 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antara Ibadah dan Inflasi, Memahami Kenaikan Harga di Bulan Ramadan
ilustrasi: Harga Gula dan Minyak Goreng Melonjak Paling Tinggi Jelang Ramadhan. (KOMPAS.COM/JUNAEDI) 

Harga produk naik sebagai akibat dari peningkatan permintaan yang cukup besar ini. Hal ini disebabkan oleh tradisi berbuka puasa dan sahur yang memerlukan lebih banyak asupan makanan dibandingkan hari biasa.

2. Cuaca ekstrem dan gagal panen: Kondisi cuaca ekstrem seperti kekeringan, banjir, atau serangan hama dapat merusak hasil panen petani. 

Pasokan yang berkurang akibat gagal panen ini memicu lonjakan permintaan dan harga barang pokok, semakin memperburuk situasi ekonomi masyarakat selama Ramadhan. 

Faktor alam yang sulit diprediksi ini dapat menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga secara tiba-tiba.

3. Biaya Operasional yang Meningkat Selama Ramadhan, biaya operasi seperti upah karyawan, transportasi, dan lainnya cenderung meningkat. 

Hal ini disebabkan oleh jam kerja yang berkurang, yang membuat distributor dan pedagang harus membayar lebih banyak untuk karyawan yang bekerja lembur. 

Biaya operasi ini kemudian dibebankan ke harga jual barang. Selain itu, biaya transportasi juga lebih tinggi akibat lonjakan permintaan bahan bakar juga berkontribusi pada kenaikan harga barang.

4. Permainan Harga oleh Spekulan: Beberapa orang menimbun barang menjelang Ramadhan dan kemudian menjualnya dengan harga yang lebih tinggi untuk memanfaatkan permintaan yang meningkat dengan alasan peningkatan permintaan, padahal ketersediaan barang cukup. Sudah jelas bahwa tindakan spekulan ini menghasilkan kenaikan harga yang tidak perlu.

5. Distribusi yang tidak merata: Masalah distribusi yang tidak merata juga menjadi penyebab kelangkaan dan harga tinggi barang pokok di beberapa wilayah. 

Pasokan yang terbatas di daerah tertentu menciptakan kesenjangan antara permintaan dan penawaran, memicu lonjakan harga secara signifikan.

Dampak Inflasi Terhadap Masyarakat di bulan Ramadhan tidak hanya mempengaruhi daya beli, tetapi juga dapat menimbulkan ketidakpuasan dan stres di kalangan umat Islam yang ingin fokus pada ibadah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun