Gaya hidup dan humaniora dalam satu ruang: bahas buku, literasi, neurosains, pelatihan kognitif, parenting, plus serunya worklife sebagai pekerja media di TVRI Maluku!
Olahraga Walaupun Sempit
Entah kenapa saya sering salah menyebutkan sempit dan sumpit. Dua kata itu tentu sangat berbeda. Yang satu adalah kata sifat, yang satunya lagi adalah kata benda.
Kata sempit adalah lawan dari kata luas atau lebar. Digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan terbatasnya ruang. layaknya antara satu tembok pembatas dengan tembok pembatas lainnya punya jarak yang sedikit. Terlalu sempitnya ruang, bisa menyebabkan apapun yang berada di antara ruang itu menjadi terjepit.
Sedangkan kata sumpit menjelaskan jenis alat bantu makan yang cara operasinya adalah dengan cara menjepit makanan.
Karena sama-sama membuat terjepit, mungkin saja kelahiran kedua kosakata itu punya korelasi. Mungkin loh ya...
Kaitannya dengan artikel ini adalah, bahwa hampir dua bulan ini, saya merasa memiliki ruang gerak yang sempit.
Komitmen untuk mendukung himbauan pemerintah untuk stay di rumah saja selama pandemi, terasa fine fine saja di awal. Tetapi setelah hampir dua bulan, rasa terjepit itu mulai muncul.
Rasa ini semakin menguat di sesi olahraga saya sore ini. Setelah berminggu-minggu vakum latihan yoga bareng dengan teman-teman se-klub, dan hanya bisa stretching beberapa pose seadanya di rumah. Klub latihan yoga saya, akhirnya membuka sesi latihan online lewat Zoom Meeting.
Sebelum sesi dimulai, sambil menunggu anggota klub lainnya bergabung, instruktur meminta saya untuk mencari tempat yang pas agar matras bisa terlihat di layar Zoom. Saya menggeser-geser matras hingga mentok namun tak bisa sepenuhnya tampak di layar.
"Sempit Mbak" kata saya ke instruktur.