Ramadan Mengikat, Pinjol Meningkat
Sungguh miris, bulan mulia dikotori dengan maraknya transaksi ribawi. Sungguh sedih, apakah masyarakat di negara mayoritas muslim masih tak mengerti bahwa Allah sudah haramkan semua jenis transaksi ribawi. Apalagi yang mau dicari selain kehancuran dan murka ilahi ketika mengamalkan yang diharamkan Sang Pencipta Alam?
Inilah potret negara yang menerapkan sistem kapitalisme sekularisme. Halal dan haram tak jadi timbangan, asal bermanfaat semua bisa dilakukan. Bermanfaat secara materi, bermanfaat dalam pandangan duniawi. Padahal, hidup kita tak akan berakhir di dunia ini. Ada kehidupan abadi yang menanti. Kehidupan yang bergantung pada amal kita di dunia yang sebentar ini. Surga atau neraka kah yang jadi tempat kembali?
Islam Selamatkan dari Riba
Allah haramkan satu hal, Allah bolehkan banyak hal. Allah tutup satu pintu rezeki, Allah bukakan pintu sumber rezeki lainnya. Apalagi jelas firman Allah dalam QS. Al Baqarah ayat 275 yang artinya, "Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba."
Allah pun meminta kita untuk menjauhi riba, seperti dalam firmannya, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba jika kalian beriman. Apabila kalian tidak melakukannya maka yakinlah dengan peperangan dari Allah dan Rasul-Nya. Apabila kalian bertobat, kalian berhak mendapatkan pokok harta kalian. Kalian tidak menzalimi dan juga tidak dizalimi." (QS Al-Baqarah [2]: 279).
Dalam Islam, negara wajib memenuhi kebutuhan masyarakat per individu, baik itu kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Sehingga masyarakat bisa memenuhi kebutuhannya bukan hanya yang primer tapi juga sekunder dan tersier.
Melalui sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam, departemen Kominfo, masyarakat akan diedukasi untuk menerapkan gaya hidup sederhana, zuhud, tidak berfoya-foya atau berlebihan. Sehingga momen bulan Ramadan akan disambut dengan memperbanyak amal sholeh, bukan gaya hidup konsumtif.
Sementara tradisi mudik akan difasilitasi oleh negara menggunakan transportasi publik yang aman, nyaman, dan terjangkau. Karena negara wajib memfasilitasi silaturahmi sebagai amal sholeh yang akan dilakukan oleh rakyatnya. Jadi, rakyat tak perlu menggunakan pay later atau membeli transportasi pribadi dengan utang berbunga.
Untuk modal pelaku UMKM, akan hadir sistem pinjaman nonribawi, bahkan bisa saja diberikan modal oleh Baitul mal. Demikianlah solusi islam untuk kebutuhan keuangan saat bulan Ramadan datang. Sehingga kita terhindar dari aktivitas riba yang telah Allah haramkan. Inilah bentuk penjagaan islam agar Keberkahan datang pada kita. Agar Allah senantiasa menambahkan kebaikan pada diri, keluarga, masyarakat dan negara.
Wallahua'lam bish shawab.