Sebatas Kaca Jendela
Dalam suatu perjalanan dari Jakarta menuju Padang setahun yang lalu, saya mendapati seorang anak kecil yang duduk di depan saya melirik ke keluar dari jendela pesawat. Tidak ingin kehilangan kesempatan, saya langsung mengeluarkan kamera telpon pintar saya dan mengabadikan momen tersebut. Karena saya pikir itu sungguh menarik untuk diabadikan.
Gambar tersebut membuat saya akhirnya berulang kali meliriknya lagi dan lagi melalui galeri ponsel. Hingga akhirnya dari gambar tersebut, terbersit sebuah abstrak kehidupan dipikiran saya. Tampaknya begitu berkaitan dengan apa yang saya alami. Ntahlah, yang pasti tertuju pada pandangan anak itu dan jendela tempat ia melihat.
Selang beberapa menit, saya akhirnya menemukan jawaban. Ya, ini begitu berkaitan. Seorang anak di dalam pesawat, melirik keluar. Namun ia hanya melihat dari satu sisi saja, itupun hanya seluas jendela. Jika saat itu ia mendapati pemandangan yang begitu menakjubkan, maka ia akan mengatakan bahwa dunia ini begitu menakjubkan. Namun, bagaimana jika yang ia temukan adalah suatu wilayah perang yang begitu mengerikan. Mungkin yang akan dikatakannya adalah dunia ini begitu menyeramkan. Padahal nyatanya tidak, kelebihan dan kekurangan itu pasti ada.
Saya pernah berada di posisi anak itu, ketika yang saya temui hanyalah sebuah sisi dari seseorang yang begitu membuat saya kagum, tanpa melihat sisi yang membuat saya pun jadi bersyukur atas itu semua.
Di era sosial media ini, banyak hal yang akhirnya membuat orang kurang bijak untuk melihat. Rumput tetangga tak selalu hijau, lihatlah dengan bijak. Akan ada banyak hal yang mebuat mu jadi bersyukur. Dunia ini tidak hanya satu sisi. Dunia juga tidak hanya sebatas benda persegi panjang yang selalu ada di genggaman. Pandangan pun Tuhan ciptakan tidak hanya sedekat mata dan layar ponsel pintar saja. Tapi sungguh tiada batasnya.
Mulai sekarang, cobalah lihat sisi lainnya. Mungkin selama ini kamu melihat dunia hanya sebatas kaca jendela.
Sungai Tambang, 28 April 2020