Efwe
Efwe Administrasi

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Sarung dan Filosofinya, Pakaian Pemersatu Bangsa

14 Mei 2020   20:03 Diperbarui: 14 Mei 2020   20:00 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sarung dan Filosofinya, Pakaian Pemersatu Bangsa
hargakata.com

Namun bagi sebagian kalangan terutama generasi tua, Jawa dan sarung itu merupakan bagian yang integral, tak terpisahkan.

Tak hanya sebagai busana rupanya sarung juga memiliki filosofi tertentu. Ada yang mengartikan sarung adalah "sarune dikurung" yang memiliki arti, sarung merupakan intruksi kehidupan agar manusia mengedepankan rasa malu, tidak arogan, dan tidak sembrono.

Mengutamakan saling menghormati, orang yang lebih muda menghormati orang yang lebih tua, dan orang yang tua menghargai orang yang lebih muda.

Sementara bagi masyarakat Sunda, menurut tokoh Sunda mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, flilosofi sarung dibagi menjadi dua suku kata, "sa" dan "rung".

Menurut Dedi, "sa" merupakan lambang keinginan manusia dengan segala unsur penciptaannya seperti tanah, air, udara, dan matahari.

Unsur material inilah  yang menurutnya harus dikurung, dan ini dicerminkan dalam suku  kata kedua "rung".

Jika seluruh unsur material ini mampu dikurung, maka unsur hakikat kemanusiaan dalam diri manusia yakni ruh akan semakin menguat. Segala ketamakan manusia yang tercermin dari keempat unsur tersebut harus dikurung.

Terlepas dari filosofinya, tampaknya sarung telah menjadi pakaian yang menyatukan bangsa, tak peduli suku dan agama. 

Sarung bisa ditemukan dengan mudah di seluruh Nusantara dengan berbagai bahannya baik tenun, tapis, songket yang khas atau yang umum dengan motif kotak-kotaknya yang khas dan dipakai oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Saya sendiri lebih menyukai sarung bermotif polos alias tanpa motif apapun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun