Bagaimana Dampak Puasa Ramadhan Terhadap Pasien Diabetes Mellitus?
Bulan Ramadhan merupakan salah satu bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim di dunia karena pada bulan ini setiap amal ibadah akan dilipatgandakan pahalanya. Pada bulan Ramadhan pula umat muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa yang mengharuskan pemeluknya untuk tidak makan dan minum dari terbit fajar (subuh) hingga terbenam matahari (magrib)
Saat puasa tubuh tidak menerima asupan makanan yang kelak diproses menjadi energi, terlebih dalam konteks tubuh manusia, karbohidrat yang didapatkan dari makanan akan dipecah oleh tubuh menjadi senyawa gula sederhana yaitu glukosa, glukosa inilah yang akan diubah tubuh menjadi energi. Puasa memberikan tantangan untuk tubuh dalam mengatur kadar gula darah saat asupan nutrisi terbatas
Untungnya sistem organ tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk mengembalikan ketidakstabilan yang dialaminya yang biasa disebut sebagai homeostasis. Pada manusia normal, sistem homeostasisnya tidak terganggu sebab keadaan organ yang juga normal. Namun, hal ini tidak berlaku bagi penderita Diabetes Mellitus (DM) yang pengaturan kadar gula darahnya terganggu. Menurut kementrian kesehatan pada tahun 2018, Prevalensi diabetes mellitus (DM) di Indonesia terus meningkat dan mencapai 10,9%, itu berarti 1 dari 10 orang yang anda temui menderita DM
Pada penderita DM, pasien perlu meminum obatnya secara teratur dan menjaga pola makan sesuai dengan diet seimbang yang telah disarankan oleh dokter penanggungjawabnya karena dalam tubuh pasien DM terjadi resistensi insulin dan glukagon yang membuat kadar gula dalam darah menjadi tidak terkontrol hingga menyebabkan kenaikan (hiperglikemia) atau penurunan (hipoglikemia) kadar glukosa dalam darah
Risiko gangguan kesehatan paling rentan bagi penderita DM yang berpuasa adalah hipoglikemia atau penurunan kadar gula dalam darah, akibat dari berkurangnya asupan makanan yang menjadi sumber energi. Untuk mengatasi hal ini, penderita DM seyogyanya perlu berkonsultasi ke dokter sebelum memutuskan untuk berpuasa, pasien juga perlu bertanya di waktu kapan saja obat harus diminum. Selain itu, penting adanya kontrol menu berbuka dan sahur oleh keluarga atau orang terdekat supaya selalu sesuai dengan apa yang dokter sarankan sebagai upaya meminimalisasi dampak negatif akibat berpuasa
Bulan Ramadhan sepantasnya menjadi saat yang sangat ditunggu oleh semua muslim tidak terlepas dari penyakit apa yang diderita, kesempatan untuk bertemu bulan yang dipenuhi anugerah ini baiknya dapat dimanfaatkan sebaik mungkin karena tidak ada satupun yang bisa tahu apakah kita akan bertemu lagi dengan Ramadhan tahun depan atau tidak.
Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia yang juga memiliki prevalensi pengidap DM yang cukup tinggi, umat muslim di Indonesia sepatutnya diberikan pembekalan mendetail terkait pelaksanaan puasa untuk penderita penyakit-penyakit tertentu yang dirasa akan terpengaruh oleh puasa dan jangan sampai ibadah yang ditunggu malah menjadi hal yang paling tidak bisa dinikmati sebab kurangnya pengetahuan dari pasien dan keluarga.(far)