"Terima Kasih Sahur Ikan Asinnya, Ya Sayang"
Alarm ponselku berbunyi. Tepat pukul 03.30 dini hari. Tak kurang tak lebih. Dengan mata yang masih merem melek aku paksakan untuk bangkit dari tempat tidur.
Selintas kulirik sosok lelaki yang tidur disampingku, masih terpejam lelap. Melihat rona wajahnya yang polos saat tidur membuatku tersenyum seketika. Seperti ada energi yang baru merasuki ragaku. Terasa lebih bersemangat. Lebih segar untuk segera menyiapkan menu sahur terbaik untuknya, suamiku.
Dengan langkah yang sedikit gontai, aku beranjak menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan lanjut ke dapur yang masih gelap. Sejenak aku terdiam, mataku memutari sekeliling dapur. Berantakan. Pikirku. Namun tak menyurutkan niatku untuk membuat menu sahur di puasa hari kedua ini.
Bismillahirrohmanirrohiim, dan aku mulai menyiapkan bahan-bahan masakan, mulai dari sayur, ikan dan beberapa jenis bumbu-bumbu yang dihaluskan. Sahur kali ini aku hendak membuat sayur bening dan ikan tongkol asam pade, masakan kegemaran kami.
Mengingat waktu sahur sangat terbatas, maka aku harus bergegas mengerjakan masakanku dengan cepat. Jika tidak, sia-sialah kami tidak sahur karena imsak akibat kelamaan memasak. Dan itu tidak boleh terjadi.
Meski penuh semangat, namun tak dapat dimungkiri, perubahan jam bangun tidur membuatku tak habis-habisnya menguap saat memasak. Bahkan tak jarang sesekali aku terkesiap beberapa detik. Tapi aku tetap berusaha menyemangati diri sendiri, "kamu pasti bisa bunda !"
***
Jam menunjukkan pukul 04.15. itu artinya tak lama lagi imsak akan datang. Sedikit tergopoh aku menyiapkan sayur, nasi dan ikan di meja makan. Agak berantakan, tapi ya sudahlah, yang penting bisa sahur sebelum imsak.
Kubangunkan suamiku dengan perlahan dan penuh kasih sayang sambil membisikkan sesuatu di telinganya, "sahurnya udah siap sayang..." dan suamiku pun perlahan membuka matanya dan berusaha bangkit dari tempat tidur.
Setelah mencuci muka sebentar, makan sahur lah kami berdua di meja makan setelah sebelumnya sudah kusiapkan piring, sendok dan gelas berisi minuman hangat untuknya. Seperti laiknya para istri solehah yang melayani sang suami, semoga aku juga masuk ke dalam kriteria istri salehah hehee...
Tak banyak kata yang kami perbincangkan saat sahur. Mengingat waktu imsak yang semakin dekat dan rasa kantuk yang masih melekat. Namun, irama dentingan sendok dan piring serta kunyahan masakanku dari bibir suamiku sudah cukup menjadi momen sahur yang romantis buatku.