Dzulfikar
Dzulfikar Full Time Blogger

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Cara Redakan Marah ala Nabi

26 Mei 2019   21:57 Diperbarui: 26 Mei 2019   22:07 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara Redakan Marah ala Nabi
Ilustrasi / dok.pribadi

Nabi SAW pernah mengajarkan cara mengendalikan marah. Jika kamu marah, maka duduklah, jika dalam posisi duduk, maka berbaringlah. 

Bahkan ada juga yang menyarankan untuk berwudhu, segera salat, dan beristighfar.

Cara-cara dalam mengendalikan amarah bisa dicoba satu persatu. Yang jelas, setelah itu jangan sampai masih ada sesuatu yang mengganjal di dalam hati. Jika ia, artinya emosi tersebut belum sepenuhnya dikeluarkan.

Untuk kesehatan mental dan jiwa. Jangan pernah memendam amarah. Apalagi jika orang yang dimaksud tidak paham bahwa kita sedang marah.

Misalnya saat seorang atasan sedang marah pada karyawannya. Dalam posisi demikian, agar si karyawan tidak merasa dipermalukan di depan umum, akan lebih bijak jika dipanggil secara personal.

Memarahi orang didepan umum jelas akan meruntuhkan harkat dan martabatnya. Jika yang dimarahu tidak terima dan menyimpan dendam justru malah bisa berakhir dengan pertumpahan darah.

Oleh karena itu, bicara soal marah memang sepertinya sepele. Apalagi jika menyankut pribadi, personal. Tapi, jika sudah menyankut orang lain, perlu dipikirkan efeknya, dampaknya, akibatnya kepada orang lain dan lingkungan.

Maka, sebaik-baik obat marah adalah air wudhu. Karena setiap orang pun pasti memiliki batas kesabarannya. 

Kita pun harus sadar dan jangan memancing orang untuk marah. Hal-hal kecil seperti menyerobot antrean, menyalip dan memotong jalan di jalanan kerap kali mennadi sebab kemarahan orang lain dan berujung keributan.

Untuk itu, momen puasa ini memang tepat. Bukan ajang latihan menahan lapar dan haus saja, tetapi juga bisa dijadikan ajang latihan untuk menahan amarah dan melampiaskannya secara positif sehingga tidak ada yang dirugikan. Karena semua kesalahpahaman, sebetulnya bisa dibicarakan dengan baik dan kepala dingin.

Semoga dengan semangat puasa Ramadan, kita tidak hanya melatih kesabaran, tetapi juga melatih emosi agar tidak meletup-letup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun