Mengapa Harus Memaafkan di Bulan Ramadhan
Banyak cerita mengapa harus memaafkan di bulan Ramadhan ini, sama dengan beberapa tema yang pernah dibahas tentang maaf memaafkan sebelumnya, apalagi di bulan baik, bulan Ramadhan ini. Mungkin rasa kesal, marah atas seseorang, seperti yang terjadi dengan seorang teman, yang ditinggalkan ibunya saat dirinya dengan ayahnya yang mengalami kesulitan ekomomi dan berpaling pada pria lain saat dirinya masih kecil, menjadi trauma mendalam.
Banyak kisah yang membuat kita bisa belajar tentang hikmah dari apa yang terjadi. Memang berat, apalabi karena trauma secara psikis yang dirasakannya. Namun, di momen bulan Ramadhan ini, kita bisa menjadikan hati untuk mulai menurunkan ego, karena seberat apa pun kesalahan yang telah dilakukan seseorang, alangkah lebih baik jika kita bisa memberi maaf kepadanya.
Hikmah di Bulan Ramadhan dengan Memaafkan
Sangat benar bila ada yang mengatakan, memaafkan kesalahan tidak semudah untuk mengucapkannya. Karena bagi sebagian orang, memaafkan bukanlah hal yang mudah. Apalagi jika kesalahan tersebut meninggalkan bekas luka yang dalam karena merasa dikhianati, disakiti, dan dihina.
Di bulan Ramadhan yang penuh hikmah ini, seharusnya akan menjadikan kita menjadi lebih baik, salah satunya dengan memaafkan, karena memaafkan bukan hanya mendatangkan kelegaan jiwa, namun juga reaksi yang sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh.
Baca juga: Nyekar, Budaya Luhur Tradisional Jawa Sebelum Bulan Ramadan.
Menurut Tika Anggraeni Purba, terdapat beberapa manfaat dari memanfaatkan, berikut fakta-fakta ilmiahnya, antara lain:
- Saat marah, tubuh memproduksi hormon "negatif" seperti kortisol yang membuat stress. Dan saat memaafkan, tubuh memproduksi emosi positif melalui hormon endorfin yang membuat kita menjadi lebih tenang.
- Tekanan darah yang tadinya meningkat tidak normal saat menyimpan kemarahan, menjadi semakin stabil.
- Raut wajah menjadi lebih bahagia karena otot alis mata yang tadinya tegang menjadi kendur.
- Hidup bisa menjadi lebih lama bila dibandingkan orang yany tidak memaafkan (The journal of Behavioral Medicine).
- Stress pun menjadi berkurang karena otot-otot yang sebeumnya tegang menjadi kendur.
- Tekanan darah dan detak jantung yang tadinya tidak normal yang disebabkan karena menyimpan kemarahan menjadi normal kembali.
- Tidur menjadi nyenyak karena perasaan menjadi lega.
- Tingkat kekentalan darah menjadi berkurang sehingga baik untuk sistem peredanan darah.
- Sistem kekebalan tubuh meningkat karena otak tidak beraktivitas yang terlalu berat, seperti yang dialami oleh orang yang marah dan stress.
Bulan Ramadhan Menjadi Kunci Menyehatkan Mental
Sebenarnya tidak ada manusia yang tidak pernah mendapatkan luka di dalam tubuhnya, tentu dengan kondisi luka yang didapatkannya, ia akan beusaha untuk mengobati luka tersebut.
Nah yang membuat aneh, saat seseorang mengalami sakit hati, yang disebabkan karena perasaan dan harga dirinya yang terluka, yang menjadi pertanyaan adalah "mengapa tidak semua orang secara spontan mencari obatnya, bahkan tidak sedikit orang yang malah cenderung membiarkan rasa sakit hati di dalam dirinya?"
Tentu dengan adanya amarah, kebencian, dendam dan sakit hati menunjukan bahwa kita ini sedang mengidap penyakit serius yang bernama 'penyakit enggan memaafkan' yang tentu saja penyakit ini harus segera diobati.
Maka sangat tepat bila di bulan Ramadhan yang penuh hikmah ini menjadi momen saling memaafkan, dan banyak alasan mengapa harus memaafkan, antara lain:
- Menyimpan kemarahan tidak akan menghancurkan mereka yang bersalah pada kita, malah kita menjadi orang yang paling terluka karena tidak memberi maaf.
- Memaafkan bukan berarti menerima dan memaklumi kesalahan orang lain, namun merupakan sebuah tindakan pencegahan agar diri kita tidak hancur karena digerogoti kebencian.
- Tanpa memaafkan tidak akan ada pemulihan diri dan pemulihan hubungan.
- Memaafkan memang tidak akan mengubah masa lalu, namun bisa mengubah masa kini dan masa depan.
- Memaafkan bukan ditujukan untuk orang yang lemah dan hanya orang yang berjiwa besar dan kuat saja yang sanggup untuk memaafkan.
- Tentu saja dengan memaafkan, tidak berarti kita harus kembali mempercayai orang yang bersalah pada kita.