Fitria Dwi Larasfeni
Fitria Dwi Larasfeni Mahasiswa

Menulis-Content Creator

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Lalu Lalang Setiap Manusia

24 Maret 2024   09:03 Diperbarui: 24 Maret 2024   09:54 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lalu Lalang Setiap Manusia
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dimana kamu tidak bisa menemukan adanya manusia? sulit bukan?Artikel kali ini akan membahas secara santai tentang kehidupan manusia yang setiap hari kamu lihat dan bisa kamu amati, pernah atau tidak mencoba menebak apa yang mereka rasakan dan apa yang sedang mereka alami. Setelah itu, apakah kamu membandingkan kehidupanmu dengan mereka?

Pengalaman hari ini, Jumat 15 Maret 2024 dibalik keramaian yang tidak bisa dihitung banyaknya manusia, ternyata masih ada celah untuk melihat kebaikan yang sederhana. Pertama yang saya tangkap kali ini mengenai sikap manusia yaitu mengenai kesederhanaan. Kesederhanaan dalam hal ini mengenai kebaikan yang bukan hanya berupa materi namun, dari cara mereka menanggapi sesuatu dengan sederhana. 

Kira-kira apa nih bentuk kesederhanaan itu? Bentuk kesederhanaan yang bisa diberikan ternyata adalah senyuman. Senyum adalah bentuk respect seseorang kepada orang lain sebagai sesama manusia, namun sedikit dari mereka yang mau untuk melakukan hal tersebut. 

Saya sendiri mengamati beberapa orang dengan mudahnya memberi senyum dan banyak orang sulit untuk melakukan hal itu, sekalinya seseorang yang tidak saling mengenal bisa respect untuk membalas senyum, ternyata memberikan kebahagiaan untuk orang lain dan menambah pahalanya. Seperti yang telah kita tahu, senyum adalah bentuk ibadah.

Apalagi yang bisa saya amati disini ialah mengenai kebutuhan setiap orang itu berbeda. Pertama yang saya lihat ialah pegawai toko, mereka memiliki kebutuhan yang berbeda-beda dalam melaksanakan tugas pekerjaan mereka. Kasir sibuk menghitung jumlah belanjaan setiap orang yang belanja, keamanan toko berdiri tegap depan pintu masuk dan selalu memperhatikan setiap orang yang keluar dan masuk, petugas penitipan barang terbilang sibuk, hanya saja sesekali terlihat bengong karena sendirian, menarik bukan? Selain pegawai toko, tentu saja ada pelanggan. Nah, pelanggan terbilang sangat beraneka ragam kebutuhannya. 

Pelanggan toko lebih beragam lagi kebutuhan dan jenis karakternya lho! Disini aku akan melihat dari pandangan aku mengenai karakter dari mereka. Penyebutannya menggunakan huruf yaa, jadi ada pelanggan A nih. 

Pelanggan A adalah seorang bapak dengan seorang anak kecil sekitar umur 5 tahunan, pakaiannya sangat sederhana dan aku yakin mereka bukan dari golongan ekonomi menengah ke atas, melainkan golongan ekonomi kelas bawah. Lalu apa yang membuatku tertarik? Kesederhanaan tentang bahagia. Kebahagiaan dari anak kecil itu ketika membeli es krim, disamping itu wajah dari ayah anak kecil itu sangat bahagia karena bisa membelikan. 

Dibalik senyum ayah dan anak kecil itu terdapat rasa syukur yang terpancar. Beralih ke pelanggan B, apa nih yang membuatku tertarik? Orang dengan keterbatasan fisik. Melihat orang dengan keterbatasan fisik hanya satu orang dalam satu keluarga mungkin hal yang biasa ya, karena jika hanya satu maka keluarga yang lain bisa membantu dengan keadaaan fisik mereka yang sempurna. 

Namun, kali ini aku melihat dua orang suami istri dengan keterbatasan fisik yang sama, langkah mereka yang sulit untuk digerakkan, tetapi tak mengurungkan niat mereka untuk tetap mencari kebutuhan mereka secara mandiri. Setelah melihat hal tersebut, pelajaran yang dapat diambil yaitu mengenai rasa syukur yang tidak boleh putus dari hidup kita. 

Beralih ke pelanggan C nih, pelanggan ini cukup berbeda dengan dua pelanggan sebelumnya, jika dilihat secara fisik dan kemampuan mereka untuk mencukupi kebutuhan hidup. Pelanggan ini sangat sibuk untuk mengurus hasil belanjanya yang cukup banyak, terlihat tidak henti juga untuk terus menghitung jumlah belanjaan untuk memastikan semuanya sudah lengkap. Hanya dari tiga contoh pelanggan saja yang aku amati, bisa menarik kesimpulan bahwa setiap manusia benar-benar dilahirkan dengan dirinya masing-masing yang berbeda, baik dari karakter, ekonomi, sosial dan lainnya. 

Sebagian besar dari yang diceritakan tadi hanya berasal dari cara pandang aku saja, kebetulan sedang ada tugas jaga counter zakat disalah satu toko besar di daerahku. Ramadhan kali ini adalah yang paling beda jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya. Karena kali ini aku hanya duduk, namun bisa mendapatkan banyak pelajaran mengenai hidup.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun