dafit
dafit Freelancer

Hutan, gunung, sawah, lautan

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Esensi Kesederhanaan di Hari Lebaran

15 April 2024   08:00 Diperbarui: 15 April 2024   08:01 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Esensi Kesederhanaan di Hari Lebaran
freepik

Di tengah hiruk-pikuk persiapan dan keramaian Hari Lebaran, tersembunyi esensi yang berharga---kesederhanaan. Lebaran bukan hanya tentang kemewahan dan kesan, melainkan tentang kehangatan hubungan, kebersamaan, dan penghargaan terhadap nikmat sederhana yang hidup berikan. Kesederhanaan, dalam konteks Lebaran, mengajarkan kita untuk mengukir kebahagiaan dari kehadiran, bukan materi.

Kesederhanaan di Hari Lebaran tercermin dalam berbagai aspek perayaan ini. Pertama-tama, dalam persiapan menyambut Lebaran, kesederhanaan tercermin dalam sikap rendah hati dan hemat dalam pengeluaran. Meskipun keramaian toko-toko dan promosi diskon merajalela, banyak orang memilih untuk tidak terjebak dalam budaya konsumerisme yang berlebihan. Mereka memilih untuk memprioritaskan kebutuhan yang esensial dan menekankan nilai-nilai kebersamaan, bukan kemegahan materi.

Kesederhanaan juga tercermin dalam tradisi bersilaturahmi dan bermaaf-maafan di Hari Lebaran. Lebaran bukanlah tentang pertunjukan kemewahan atau persaingan dalam menunjukkan status sosial. Sebaliknya, itu adalah waktu untuk merangkul keluarga, teman, dan tetangga dengan tulus dan rendah hati. Sederhana dalam sikap dan perilaku, kita memperkuat ikatan sosial dan merasakan kehangatan hubungan yang sesungguhnya.

Lebaran juga mengajarkan kita untuk menghargai nikmat sederhana yang hidup berikan. Dalam hidangan sederhana yang disajikan, dalam senyum hangat dan pelukan keluarga, kita menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya. Lebaran mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada harta benda atau kemewahan materi, melainkan dalam rasa syukur atas nikmat kebersamaan dan kasih sayang yang Allah limpahkan kepada kita.

Namun, kesederhanaan di Hari Lebaran bukanlah hal yang mudah untuk dipraktikkan, terutama dalam era yang didominasi oleh tuntutan konsumsi dan pencitraan diri. Media sosial, dengan segala kemewahan dan gaya hidup glamor yang ditampilkan, dapat menciptakan tekanan yang besar untuk meniru dan mengejar citra yang tidak realistis. Oleh karena itu, tantangan utama kita adalah memperkuat tekad untuk tetap setia pada nilai-nilai kesederhanaan, mengingatkan diri sendiri bahwa kebahagiaan sejati tidak dapat dibeli dengan materi.

Di tengah perayaan kemeriahan Hari Lebaran, mari kita kembali mengingat dan menerapkan nilai-nilai kesederhanaan. Mari kita hargai kehadiran yang lebih berharga daripada harta, dan nikmati kebahagiaan yang timbul dari hubungan yang tulus dan kasih sayang yang tulus. Dalam kesederhanaan, kita menemukan kekayaan yang sesungguhnya---kekayaan hati yang tidak ternilai harganya.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun