Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.
Lebaran dengan Busana Karya Sendiri ala Siswa SLBN Baradatu
Selain untuk ibadah, busana merupakan salah satu bagian penting yang menjadi perhatian saat lebaran. Kaum pria menggunakan baju koko, kopiah dan sarung baru. Para ibu pun tak mau ketinggalan. Bahkan lebih serius dan ketelatenan memperhatikan detail busananya dibandingkan dengan bapak-bapak.
Tak hanya busananya yang baru. Warna, motif dan paduan dengan aksesoris menjadi satu paket yang harus diperhatikan ketika merencanakan pengadaan busana baru. Banyak pertanyaan yang sering dipikirkan oleh kaum wanita ini. Apakah cocok dengan warna hijab yang dikenakan? Serasikah warna busana dengan tas? Dan sederetan pertanyaan lainnya.
Bagaimana cara untuk mendapatkan busana sesuai dengan keinginan atau selera pemakainya? Ada dua cara yang biasa dilakukan. Membeli pakaian jadi atau menjahit sendiri dengan memesannya ke penjahit, bahkan membuatnya sendiri.
Banyak sekali model busana yang dapat dibeli, entah dibeli secara online maupun di mall atau butik. Namun seringkali ada kesamaan model. Kebanyakan pemakai terlihat salah tingkah manakala berjumpa orang lain dengan warna dan model pakaian yang sama.
Bagi yang ingin menggunakan busana tanpa kembaran, maka pilihannya adalah ke butik atau memesan ke penjahit. Sementara yang pandai menjahit sendiri, sudah tentu lebih suka mengeksplor kemampuan untuk menghasilkan busana yang keren. Mengikuti trend, sesuai selera dan model yang digunakan itu tak ada duanya.
Busana Kreasi Sendiri itu Membanggkan
Tak semua orang dapat menjahit busana untuk orang lain atau diri sendiri. Namun dengan berlatih maka seseorang pun mulai trampil untuk melakukannya sendiri.
Bagi orang yang berkategori normal, mungkin saja ketrampilan itu cepat diperoleh. Namun tidaklah bagi orang yang berkategori difabel seperti anak-anak SLBN Baradatu, Kabupaten Way Kanan, Lampung ini.
Mereka harus belajar secara berulang hingga benar-benar terbiasa. Seperti siswi yang belajar menjahit ini. Untuk memasukkan benang ke lubang jarum saja mereka memerlukan proses yang cukup lama. Belum lagi kegiatan menggambar pola dan menggunting.