Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.
Arti Bersyukur ala Bibi Nunung
Sekalipun bekerja, Bibi Nunung tak pernah meninggalkan sholat 5 waktu. Kebiasaan di bulan Ramadan, datang lebih awal daripada hari-hari lainnya.
Hari Jumat dan Minggu, bibi libur. Namun sering kali bibi Nunung datang ke Marga Putra di hari-hari tersebut. Sepertinya bibi tidak tega dengan anak-anak asuhnya.
Di bulan Ramadan, bibi pulang rumah sekira pukul 15.00 WIB. Biasa diantar salah satu siswa yang mahir mengendarai sepeda motor. Jika tidak, bibi akan naik angkot dari terminal Baranang Siang.
2. Sangat menghayati profesinya
Bibi Nunung memang luar biasa. Tidak pernah pindah kerja ke tempat lain. Mengabdikan diri di Marga Putra hingga usia senja. Beberapa alumni yang sukses kadang mengajak untuk pindah, namun ditolak.
Ia memilih melayani para mahasiswa, sekaligus menjadikan dirinha sebagai anak-anak perantau ini. Dan seluruh mahasiwa yang mengenalnya pun tak pernah menganggapnya sebagai ART.
3. Tidak suka mengeluh
Sekalipun hidup kekurangan, tak pernah bibi Nunung mengeluh. Apalagi meminta sesuatu. Senior-senior yang datang pun tidak pernah dimintai uang. Kecuali diberi ya Bibi Nunung tidak akan menolak.
Baginya, apa yang diperoleh merupakan anugerah yang patut disyukuri. Tak perlu mengeluh, sebab banyak orang yang masih banyak berkekurangan. Demikian ucapan bibi Nunung.
4. Gemar berbagi
Sekalipun berkekurangan, Bibi Nunung adalah seorang ibu yang gemar berbagi. Biasanya setiap pagi, bibi akan mampir di pasar dan belanja apa yang akan dimasak.
Ikan keranjang dan sayur genjer adalah sayuran favorit bibi yang kemudian sering dibagi-bagikan kepada anak-anak asuhhnya sewaktu makan siang.