Menikmati "Perang Takjil" untuk Semua
Baru-baru ini, kita mengenal istilah 'perang takjil' di mana sahabat-sahabat beragama non-muslim ikutan berbondong-bondong meramaikan pasar, memborong jajanan pada sore hari. Ini tak bisa dipungkiri salah satu momen paling dirindukan di negeri ini, di mana semua umat beragama kembali bersatu dalam satu tujuan.
Kita semua tahu tujuan dari umat muslim mencari takjil, tak bisa dibantah untuk dinikmati saat berbuka. Namun, untuk umat non-muslim, mereka memiliki berbagai intensi di sini, mulai dari memang cuma lapar atau ingin membantu sahabat muslim yang belum laku dagangan mereka, sangat menyentuh memang.
Lebih jauh lagi, di sini kami akan menjelaskan tentang keuntungan umat non-muslim ikut memborong takjil, mengapa mereka turun langsung ke jalan untuk ikutan meramaikan pasar, pemaparan akan berisi selain karena lapar pasti.
Dari mana mulai perang takjil
Sebelum lebih jauh, kita perlu tahu permulaan dari semua, siapa yang meledakkan fenomena sehingga perang takjil ini bisa menyentuh secara menyeluruh. Tak ada yang tahu pasti, tetapi salah satu video pendeta dengan 2.2 juta suka di Tiktok bisa dibilang meledakkan semua.
"Soal agama kita toleran, tetapi soal takjil kita duluan. Mereka jam tiga masih lemes, kita sudah siap di sana ... tetapi kata teman saya 'ok kalian boleh ikutan, nanti awas saja waktu paskah, kami habiskan telur-telur di pasar. Biar kalian paskah pakai kinder joy'" Kata pak Pendeta dalam ceramah di gereja Tiberias Indonesia.
Dari sana tak bisa dibantah cukup menarik perhatian non-muslim semua, mereka mulai melakukan riset tentang pasar terdekat, berani keluar untuk ikut meramaikan, benar bahkan sebagian dari non-muslim tidak tahu pasar yang menjual jajanan merupakan pasar umum. Sekarang semua tahu, mereka ikut menyerbu ke sana, pasti lebih siap dari yang puasa.
Jajanan takjil beragam dan murah
Kita semua tahu melalui berbagai video di Internet, tidak ada jajanan murah di area tertentu di tengah kota, terutama dekat dari perumahan mewah atau distrik bisnis. Sementara, jajanan pasar dengan bentuk sama, bisa menawarkan dengan harga jauh lebih murah.
Di samping itu, penjual di pasar juga tergolong ramah, selalu memberikan bonus untuk pembelian dalam jumlah tertentu, harga borongan kata mereka. Terlebih, momen di mana fenomena ini tengah meledak seperti hari ini, hampir tak ditemukan umat non-muslim membeli sedikit di luar sana. Mereka benar-benar mengikuti arahan pak Pendeta.