Mahasiswa dalam Menjumpai Keseimbangan Pahala dan Prestasi
Sejak memasuki dunia perkuliahan, bagaikan kota yang ditinggalkan pada musim mudik, waktu pribadi saya terasa sepi. Beban belajar yang padat dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler bagaikan lautan manusia di terminal pemberangkatan, berebut perhatian dan energi saya. Sama seperti mudik yang identik dengan kemacetan, menyeimbangkan belajar, organisasi, dan kehidupan pribadi menjadi sebuah "perjalanan" yang penuh tantangan.
Konsep Work-life balance, bagaikan peta perjalanan, membantu kami menavigasi lautan kesibukan. Bukan tentang membagi waktu secara sama rata, melainkan tentang menemukan "rute" yang sesuai dengan kebutuhan dan prioritas. Bagi kami, konsep ini tentang memiliki waktu dan energi yang cukup untuk fokus pada setiap aspek kehidupan tanpa merasa terbebani atau tertinggal.
Berbeda dengan mudik yang memiliki tujuan akhir yang jelas, konsep work-life balance bisa dibilang sebagai sebuah perjalanan yang dinamis dan berkelanjutan. Seiring perkembangan diri dan perubahan prioritas, "rute" keseimbangan yang ideal pun dapat berubah. Hal ini penting untuk diingat agar kita tidak terjebak dalam pola pikir "sempurna" yang kaku, layaknya mobil yang terjebak di macet mudik.
Menemukan Keseimbangan di Tengah Kesibukan
Sebagai mahasiswa biasa, tak bisa dibantah kami juga dihadapkan pada berbagai "persimpangan" yang penuh dengan tuntutan. Mulai dari beban belajar dari tugas, ujian, dan proyek yang semakin ke sini akan semakin banyak jumlahnya, terutama menjelang ujian akhir, semua tugas terlihat tak akan pernah berakhir.
Di samping itu, tuntutan dari organisasi juga tak mau kalah. Tempat di mana semula menjadi rekreasi saja, kini juga memberikan ketidakamanan dengan segala tuntutan tugas dan acara. Terlebih, untuk acara skala kampus, semua divisi tak ada yang bisa terarah, semua serba ribet. Belum lagi, urusan organisasi kemasyarakatan, meski kadang tak aktif secara rutin, tetapi kita tak bisa mengontrol hari besar.
Terlepas dari itu semua, masih ada kehidupan pribadi, di mana kami harus menjaga hubungan dengan teman dan keluarga. Di sini merupakan "pit stop", tempat di mana yang penting bisa menyegarkan diri di tengah perjalanan. Tentu, menyeimbangkan semua aspek ini, bisa menjadi tantangan tersendiri.
Peta Navigasi sebagai Mahasiswa
Pertama, ketika semua berada di luar kendali, tinggalkan dulu semua, coba renungkan kembali tentang semua yang kalian mau, terutama risiko dalam merealisasikan. Dari sini dengan semua pemikiran lebih matang, kalian bisa mengidentifikasi mulai dari mana untuk menyelesaikan, atau memang sudah tak bisa diselesaikan dari sini.
Lebih jauh lagi, semua ini sama dengan mengatur jadwal ulang, memberikan semua waktu dengan lebih bijak berdasarkan situasi dalam lapangan. Sebagai tambahan, khusus untuk kegiatan belajar coba gunakan "pomodoro technique" untuk memaksimalkan hasil dalam mengeluarkan usaha di sana.