Budget Minimal, Bukber Optimal
Kalau ditanya soal gimana pengalaman buka puasa bersama alias bukber selama Ramadan, jawaban saya: biasa saja. Tidak ada yang spesial dari agenda bukber selain makan-makan, update kehidupan dan foto bersama. Kalau beruntung ya pulangnya bisa mendapatkan bingkisan.
Satu hal yang paling saya ingat dari bukber adalah persiapan sebelum hari-H. Anda yang membaca ini tentu sepakat bahwa persiapan jelang bukber jauh lebih rumit daripada bukber itu sendiri.
Pertama, anggota grup yang akan melakukan bukber harus menentukan kepastian tanggal. Ini jelas memusingkan. Apalagi kalau anggota dalam satu grup/geng/persekutuan itu berjumlah puluhan hingga ratusan. Alamat menguji kesabaran dan kerukunan!
Setelah tanggal sudah pasti, PR selanjutnya adalah memilih tempat sesuai jumlah dan latar belakang peserta. Kalau pesertanya masih single semua, biasanya lebih gampang digiring ke satu suara. Namun, tidak demikian saat peserta bukber akan dihadiri oleh emak-emak atau mereka yang sudah berumah tangga dan punya balita. Tentu saja kita perlu mencari tempat yang ramah anak, ya, Bun. Minimal ada 'taman bermain'-nya. Hehe
Selain dua hal di atas, hal lainnya yang perlu kita perhatikan sebelum melaksanakan bukber adalah menentukan anggaran (budget) yang pas dengan isi dompet setiap peserta. Bagi kalangan 'dompet tebal' sih nggak masalah ya mau bukber di mana pun dengan anggaran berapa saja. Pokoknya hayu jadikeun!
Namun, bagi kalangan 'dompet tipis' atau mereka yang terbiasa hidup minimalis perlu memberi perhatian lebih soal anggaran bukber. Sebetulnya bukber itu nggak mesti mahal, mengeluarkan anggaran ekstra hanya demi satu kenikmatan: makan bersama. Momen satu dua jam pertemuan itu bisa kita optimalkan dengan anggaran secukupnya.
Berdasarkan pengalaman dan mini riset, setidaknya ada dua cara agar budget minimal dapat menghasilkan bukber optimal. Pertama, pilih lokasi/tempat bukber di rumah salah satu member grup (peserta bukber). Selain memangkas biaya tempat, opsi ini juga dapat memperkuat kekerabatan yang sudah ada sejak lama atau baru terjalin belakangan.
Dalam suasana hangat rumah, sesama peserta bukber biasanya akan lebih terbuka dan merasa dekat satu sama lain. Di samping itu, menu untuk berbuka puasa pun bisa disediakan dengan prinsip patungan atau saling melengkapi. Siapa membawa 'apa' dan jumlahnya berapa banyak. Ya semacam simbiosis mutualisme.
Cara kedua agar budget minimal dapat menghasilkan bukber optimal adalah dengan menetapkan anggaran seminimal mungkin. Ini memang terbilang cukup ekstrem, tapi sangat membantu menekan pengeluaran.
Pilihlah tempat makan dengan menu beragam dan rentang harganya terjangkau. Biasanya, tempat makan seperti ini mempunyai menu paket tertentu. Misal, satu paket hemat seharga Rp25.000 per porsi terdiri dari nasi, lauk (ayam/ikan), lalapan, dan es teh manis. Menu demikian tentu saja tidak semewah "all you can eat" atau jamuan resepsi pernikahan. Namun setidaknya perut jadi terisi bahkan kenyang setelah berpuasa seharian.
Intinya sih dimana pun dan berapa pun budget-nya yang penting kumpul, bertukar kabar, dan berfoto bersama. Itulah bukber sesungguhnya.