Belajar lagi... Belajar mendengarkan, belajar memahami, belajar mengatur waktu, belajar belajar belajar... belum terlambat untuk belajar...
Jangan Salahkan Iklan, Manisnya Buka Kita yang Tentukan
Iklan sirup (salah satu contoh iklan makanan dan minuman manis) selalu menjadi fenomena selama bulan ramadhan, bahkan iklan musiman ini jauh-jauh hari sebelum puasa sudah tayang duluan. Dengan menampilkan betapa enak dan segarnya minuman di dalam iklan, pastilah membuat yang menonton tertarik meminumnya juga. Iklan sirup ini juga menjadi tantangan tersendiri saat ditayangkan di siang hari. Saat siang inilah momen dahaga paling terasa karena suhu panas yang kita rasakan.
Banyak pro dan kontra dengan adanya iklan sirup (minuman lain) di bulan ramadhan ini. Bagi yang kontra dengan iklan sirup berpendapat bahwa iklan ini mengajarkan hal negatif kepada orang berbuka. Iklan ini mengajak kita untuk berbuka dengan yang manis-manis, padahal di dalam ajaran islam kita dianjurkan berbuka dengan yang manis seperti kurma bukan segala hal yang rasanya manis. Ditambah lagi argumen yang menyatakan bahwa makanan dan minuman manis tak baik buat kesehatan.
Dalam hal ini saya ikut pada tim pro dengan iklan sirup dan iklan sejenisnya. Apa alasannya? Karena itulah strategi marketing jenis produk ini, sama dengan hal nya saat musim libur sekolah banyak tempat wisata yang memasang iklan, atau musim awal masuk sekolah banyak produk yang berkaitan seperti sepatu, tas dan kebutuhan ATK melakukan promosi secara besar-besaran.
Selain itu jika iklan sirup ini benar-benar memiliki dampak yang buruk bagi masyarakat, kenapa kita tak batasi iklan sirup ini layaknya iklan rokok. Dimana saat iklan sirup muncul dibelakangnya ditambahkan keterangan "makanan dan minuman manis bisa menyebabkan obesitas, darah tinggi, diabetes dan lain sebagainya." Atau bisa ditambahkan gambar contoh penyakit tersebut. Selesai sudah masalah yang kita takutkan.
"Manisnya hidup kita yang tentukan" dalam konteks ini bisa dibilang bahwa" Manisnya berbuka juga kita yang tentukan".
Terus bagaimana dengan kebiasaan berbuka yang manis karena iklan?
Ini malah lebih sederhana lagi solusinya. Saya jadi ingat kutipan salah satu iklan gula sehat, begini bunyinya: "Manisnya hidup kita yang tentukan" dalam konteks ini bisa dibilang bahwa" Manisnya berbuka juga kita yang tentukan".
Dalam hal ini puasa itu sendiri adalah solusinya. Karena dalam puasa kita diajarkan untuk bersabar, bisa menahan hawa nafsu dan lain sebagainya. Jika puasa kita berhasil maka manfaat berpuasa akan terus melekat dalam kehidupan kita. Termasuk saat kita berbuka puasa. Bisa dibilang jika cara berpuasa kita benar, maka kita bisa menahan diri saat berbuka. Kita berbuka dengan manis secukupnya, bukan malah makan manis sebanyak-banyaknya.
Jadi kesimpulan yang ini saya sampaikan tentang iklan sirup dan produk lainnya di bulan puasa adalah jangan salahkan iklannya karena manisnya buka kita yang tentukan. Kalau kita makan dan minum yang manis terlalu banyak, maka itu salah kita dan ada yang salah dengan puasa yang kita lakukan. Jangan-jangan kita termasuk golongan orang yang paling merugi, karena hanya mendapat rasa lapar dan dahaga selama puasa. Mari kita introspeksi diri sendiri! Semoga bermanfaat.