Hamzah Batik Official
Hamzah Batik Official Seniman

Hamzah Batik merupakan Pusat Batik, Cinderamata dan Oleh-oleh terbesar di Yogyakarta yang beralamat di Jl. Malioboro.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Budaya Nyadran Menjelang Bulan Puasa di Jawa

5 Maret 2024   13:08 Diperbarui: 12 Maret 2024   14:10 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Budaya Nyadran Menjelang Bulan Puasa di Jawa
situs hamzahbatik.co.id

Indonesia, negara yang kaya akan budaya, memiliki tradisi unik dalam menyambut bulan Ramadan, yaitu dengan perayaan Nyadran. Tradisi Nyadran merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa dalam menyambut bulan puasa. Budaya ini terutama populer di Jawa Tengah dan Jawa Timur, tetapi juga dapat ditemukan di daerah lain di Indonesia dengan variasi yang berbeda. Tim Hamzah Batik mengajak kalian untuk mengenal lebih dalam mengenai tradisi Nyadran.

Asal Usul Nyadran

Nyadran berasal dari kata "sadran" yang dalam bahasa Jawa berarti 'bersih'. Tradisi ini bertujuan untuk membersihkan diri secara fisik dan spiritual sebelum memasuki bulan Ramadan, bulan suci bagi umat Islam. Selain itu, Nyadran juga menjadi momen untuk berkumpul bersama keluarga dan tetangga dalam kebersamaan.

Pelaksanaan Nyadran

Nyadran biasanya dilakukan pada hari-hari terakhir bulan Rejeb, bulan Jawa yang dianggap suci. Perayaan ini dilakukan dengan mengunjungi makam leluhur atau sanak saudara yang telah meninggal. 

Para peserta Nyadran membawa bermacam-macam jenis makanan dan sesaji sebagai tanda penghormatan kepada leluhur. Makanan yang dibawa biasanya berupa nasi tumpeng, lauk-pauk, buah-buahan, kue tradisional, dan air minum.

Setelah tiba di makam, masyarakat berkumpul untuk melakukan doa bersama, membaca Al-Qur'an, dan mengenang arwah leluhur. Doa dipanjatkan agar mereka yang telah meninggal mendapatkan keberkahan di akhirat. 

Kemudian, makanan yang dibawa oleh setiap peserta akan disusun menjadi satu hidangan yang disebut "pawon" atau "tumpeng". Hidangan ini kemudian dibagikan kepada seluruh peserta yang hadir, serta diberikan kepada yang membutuhkan sebagai bentuk sedekah.

Makna dan Nilai Budaya

Nyadran tidak hanya merupakan sekedar tradisi, tetapi juga membawa makna dan nilai-nilai yang dalam bagi masyarakat Indonesia. Pertama, Nyadran mengajarkan pentingnya menghormati leluhur dan mengenang mereka yang telah meninggal. 

Kedua, tradisi ini memperkuat ikatan antargenerasi dalam masyarakat, karena melibatkan seluruh anggota keluarga dari berbagai usia. Ketiga, Nyadran juga merupakan bentuk solidaritas sosial, karena melalui tradisi ini masyarakat saling berbagi dengan sesama, terutama kepada yang membutuhkan.

situs hamzahbatik.co.id
situs hamzahbatik.co.id

Perkembangan dan Tantangan

Meskipun tradisi Nyadran telah ada sejak lama, perkembangan zaman dan dinamika sosial telah membawa perubahan dalam pelaksanaannya. Tantangan terbesar yang dihadapi adalah modernisasi dan urbanisasi, di mana semakin sulit bagi masyarakat perkotaan untuk menjaga tradisi ini karena kesibukan dan keterbatasan ruang. Namun demikian, upaya untuk melestarikan budaya Nyadran terus dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti workshop, seminar, dan festival budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun