Matikan Handphonemu
Untuk menjaga kewarasan, kita tidak perlu mengikuti semua media sosial. Gunakan yang memang perlu sesuai kepentingan kita. Namun lain halnya jika media sosial menjadi media promosi. Kalau memang bertujuan untuk dagang, ya harus update dengan media sosial.
Dengan memasang barrier tersebut, kita jadi lebih selektif memilih apa yang sungguh diperlukan untuk menopang kehidupan. Manusialah yang menentukan, manusialah aktornya. Bukan media sosial yang mengatur kehidupan seseorang.
Maka terkadang orang-orang yang bahagia dengan kehangatan dirinya dan lingkungan di sekitarnya tidak terlalu memperhatikan eksistensi di media sosial. Dia tak mau berurusan dengan komentar netizen.
Sementara itu, media sosial memang membuat manusia jadi up to date, jadi populer, dan sumber cuan. Anak muda jaman sekarang sangat melek media sosial. Dan ini bergerak dengan cepatnya.
Apakah media sosial bisa jadi ibadah ?
Tergantung niatnya, lalu prosesnya, lalu menjaganya tetap bertujuan ibadah. Eksis, like, comment, atau subscriber, hanya efek samping saja, bukan tujuan utama. Namun ini tentu tidaklah mudah.
Munculnya podcast kekinian yang membahas masalah agama dalam kemasan baru yang lebih chic, pembawaan yang lebih santai, merupakan jalan jitu untuk menjembatani ilmu agama dan teknologi. Ini inovasi yang cerdas.
Dengan membuka yutub, kita bisa mendapat kuliah soal agama yang disampaikan dengan light. Tengok saja yutub yang menghadirkan Habib dan Felix Siau, konten yang mereka sampaikan 'daging,' yang disampaikan dengan santun dan cerdas.
Inilah contoh bijak bagaimana menggunakan media. Untuk itu, mari berlatih menggunakan medsos sebagai media yang akan membawa kebaikan di dunia akherat. Mari kita kurangi curhat di media sosial. Kita kurangi flexing. Sebaliknya, mari kita kelola isi media sosial kita dengan hal positif yang bermanfaat bagi orang banyak. Cobalah matikan handphonemu sekali waktu.