PNS pada Satuan Polisi Pamong Praja di Kab. Barito Utara Kalimantan Tengah. Inisiator Komunitas Beras Berkah di Muara Teweh Kalteng dan Ketua Yayasan Beras Berkah Muara Teweh.
Mendamba Alpokat, Meraih Pisang Ambon (Menu Sahur Sarat Serat)
Kami sendiri biasanya selalu mengusahakan ada sayur di setiap hidangan baik sahur maupun berbuka, tapi anak-anak susahnya buka kepalang makan sayur. Mereka masih mau makan buah apel, alpokat, mangga, jeruk atau pisang.
Dan kenyataannya, pengunjung pasar Ramadan (pasar wadai) jauh lebih banyak dibandingkan pengunjung warung buah buahan, hal ini bisa jadi menunjukan kesadaran banyak masyarakat (apalagi menengah kebawah seperti kami) bahwa buah dan sayuran adalah sebagai penyedia kebutuhan serat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.
Pedagang wadai yang manis-manis masih lebih menarik bagi masyarakat. Selain itu pedagang buah juga kalah bersaing dengan kafe-kafe yang tumbuh menyasar anak muda. Buka puasa di kafe mungkin menu-nya kopi dan rokok? mungkin ada kurmanya.
Saya jadi agak maklum kenapa pedagang buah adalah salah satu yang paling sulit ditertibkan karena paling sering melanggar berjualan lewat ke trotoar, semakin maju dagangan harapannya mungkin penjualannya semakin laku.
Kami berlima yang tadi pagi sahur, pasti banyak kekurangan serat. Banyangkan saja tidak semua memakan pisang yang sudah dibeli. Tidak semua memakan sayur. Semuanya bersepakat memakan nasi dan lauk.
Namun ternyata yang berpuasa sampai sore hanya kami berdua, saya dan Iqra, anak saya yang paling besar. Sementara ibunya sedang halangan, Vira (7 tahun) seperti biasa selalu buka ketika merasa lapar tak mampu ditahannya dan Aa Digni merasa kurang enak badan.
Ternyata menjadi orang tua butuh kesabaran tinggi untuk menyakinkan anak anak pentingnya serat bagi tubuh kita dan besarnya pahala puasa. Ada yang punya pengalaman yang sama dan bagaimana trik dan tipnya?