Hellobondy
Hellobondy Pengacara

A perpetual learner from other perspectives. Find me on IG : nindy.hellobondy Blog : Hellobondy.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Tidak Kalap Belanja Makanan adalah Jalan Ninjaku

2 Mei 2020   21:45 Diperbarui: 2 Mei 2020   22:00 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


"Uhmm, enaknya makan apa ya berbuka nanti....".

 Terkadang pikiran ini masih melayang membayangkan menu berbuka, jam-jam sebelum zhuhur pun menjadi godaan yang cukup berat ketika gambar dan video makanan suka berseliweran. Hari pertama puasa pun disambut dengan cukup bersemangat, segala jenis makanan disediakan. Mulai dari takjil, air kelapa muda, cemilan, nasi beserta lauk pokoknya tiga hari awal itu masa-masa repot yang sepertinya tidak bisa jauh dari dapur dan dapur lagi. Walhasil, semua ludes habis di makan.

Hari-hari selanjutnya masih cukup bersemangat, namun beberapa makanan tidak habis. Kemudian disimpan dan panaskan kembali untuk sahur namun lagi-lagi makanan itu masih bersisa. Ah, aku merasa berdosa. Bukanya puasa harusnya bisa mengelola napsu kita? Bukan hanya makanan tapi bagaiamana agar makanan tersebut tidak terbuang. Apalagi kondisi pandemic seperti ini.

Makanlah Secukupnya, Makanan Tidah Hanya Untukmu 

Aku teringat tulisan omndut waktu itu, tentang prilaku makan berlebihan ketika masyarakat +62 sedang beribadah, banyak mengambil namun ternyata tidak termakan. Tidak hanya itu, aku pun memperhatikan ketika acara sedekahan, pesta, baik di hotel maupun di rumah. Makanan yang dihidangkan diambil dengan begitu napsunya namun setelahnya banyak sekali tersisa sia-sia.

Aku pun jadi teringat kejadian sewaktu menjadi panitia, beberapa teman membawa keluarga yang bahkan bukan tamu undangan, ironisnya mereka pun mengambil makanan yang menggunung duduk-duduk santai bercengkrama, setelahnya makanan itu tidak habis dan tau apa yang terjadi selanjutnya? Peserta dan tamu yang sudah membayar dan memang hak mereka tidak mendapat makanan tersebut. Ah, dari sana aku semakin hati-hati. Bahkan, ketika aku makan di luar aku mencoba memesan satu porsi untuk berdua atau share dulu. Ketika memang melihat porsi dan sanggup barulah bisa memesan kembali. 

Berhubung aku tinggal saat ini dengan kelurga abangku, dan keponakanku yang sudah sekolah dari rumah. Aku kira bakalan bisa biasa aja, tapi ternyata rutinitas memasak dan berbelanja semakin meninggkat. Di hari biasa membeli sarapan pagi, kemudian memasak makanan siang, tidak lupa camilan sore dan makan malam. Seringkali sehari bisa dua hingga tiga kali teriakan ojol memanggil mengantarkan pesanan. Selaini itu, ternayata semakin tinggi konsumsi semakin menggunung sampah dan tagihan lain-lainnya.

Beberapa tips agar bijak mengelola makanan 

  • Membuat jadwal menu mingguan 
  • Dengan membuat jadwal kamu bisa merinci kebutuhan apa saja yang harus dibeli. Pilihlah makanan yang akan dikelola dengan bumbu ataupun bahan yang hampir serupa sehingga tidak menambah kos biaya lain 
  • Mengatur menu makanan
  • Apabila kamu sudah membuat teh manis, cukuplah satu minuman berserta air mineral. Jangan ditambahlagi dengan es teller dll. Mengapa demikian? Dengan banyak minuman manis perut akan menjadi lebih kenyang sehingga memungkinkan makanan tidak bisa dimakan semua dan menjadi begah untuk beribadah Pilihlah menu makanan yang bergizi dan mudah didapat. Gunakan panganan localpun akan lebih baik.
  • Takjil yang tidak berlebihan
  • Belilah takjil yang bisa diterima semua anggota keluarga, jika sudah membeli gorengan atau kue kecil tidak perlu membeli/ membuat jenis-jenis makanan cemilan lain. Ini bertujuan agar anggota keluarga fokus makanan yang ada.
  • Pilihlah lauk dengan satu pilhan daging/ikan/ayam beserta sayur. Jika semua kita hidangkan kecenderungan akan ada lauk yang kalah pamor sehingga akan menyisakan makanan
  • Ajaklah keluarga untuk berdiskusi untuk bersama-sama tidak membuang makanan dan mengurangi jajanan.

Prilaku bijak dengan makan secukupnya tentu akan berdampak besar terhadap pola hidup kita, selain untuk  kesehatan dan juga meminilisir pengeluaran yang bocor. Sejatinya saat ini pun melalui puasa kita melatih untuk bisa mengelola napsu dan emosi belanja agar tidak berlebih-lebihan. Tuhan pun dalam sabdanya tidak suka  mahluknya yang berlebih-lebihan membelanjakan hartanya. Walapun kita mampu membeli segalanya, namun tidak segalanya untuk kita beli. 

kompal
kompal
 

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun