Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Buruh

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Tradisi Memakai Baju Baru dalam Konteks Lebaran: Ekspresi Identitas dan Makna Spiritual Umat Muslim

10 April 2024   03:31 Diperbarui: 10 April 2024   09:37 1700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Memakai Baju Baru dalam Konteks Lebaran: Ekspresi Identitas dan Makna Spiritual Umat Muslim
Sumber gambar: SHUTTERSTOCK/Queenmoonlight via KOMPAS.com

Tradisi membeli atau memakai baju baru menjelang Hari Raya Idul Fitri adalah salah satu praktik yang umum dilakukan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Tradisi ini memiliki makna yang mendalam dalam konteks perayaan Lebaran, bahwa mengenakan pakaian yang terbaik merupakan wujud penghargaan dan kebahagiaan atas berakhirnya bulan Ramadan yang penuh ibadah, serta sebagai bentuk syukur atas nikmat Allah SWT yang diberikan kepada umat-Nya.

Tradisi ini didasarkan pada anjuran yang diambil dari hadis Rasulullah SAW, yang menekankan pentingnya memakai pakaian terbaik pada dua hari raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan al-Hakim tersebut memberikan petunjuk kepada umat Muslim untuk menghormati dan merayakan momen-momen penting dalam agama dengan mengenakan pakaian yang terbaik yang mereka miliki. 

Secara sosiologis, membeli atau memakai baju baru menjelang Lebaran dalam konsep Roland Barthes tentang gaya berpakaian sebagai alat komunikasi yang memancarkan identitas. Meskipun kedua konteks ini mungkin terlihat berbeda, namun ada kesamaan dalam pandangan tentang pentingnya pakaian dalam membentuk dan mengekspresikan identitas individu, nasional, dan kultural.

Roland Barthes, seorang filsuf dan teoritikus budaya asal Prancis, dikenal karena konsepnya tentang "semiotika fashion" atau "semiotika pakaian". Menurutnya, gaya berpakaian bukan sekadar pilihan pribadi, tetapi juga merupakan bentuk komunikasi yang kuat. 

Pakaian bukan hanya menutupi tubuh, tetapi juga menyampaikan pesan tentang si pemakai, termasuk identitas, status sosial, dan nilai-nilai budaya yang mereka anut.

Dalam konteks Lebaran, membeli baju baru sebagai bagian dari persiapan merayakan Hari Raya Idul Fitri menjadi sebuah pernyataan identitas. Pemilihan baju yang indah dan terawat mencerminkan rasa hormat dan kekaguman terhadap momen sakral tersebut.

Selain itu, baju baru juga bisa menjadi cara untuk mengekspresikan identitas kultural dan nasional, terutama dengan memilih motif-motif tradisional Nusantara yang kaya akan nilai budaya.

Sumber Gambar: starjogja.com
Sumber Gambar: starjogja.com

Dalam perspektif Barthes, membeli baju baru untuk Lebaran juga bisa diinterpretasikan sebagai bentuk "tanda" yang mengkomunikasikan identitas personal dan kolektif.

Pakaian baru menjadi sebuah "sinyal" yang menunjukkan kepada orang lain bahwa kita merayakan momen penting ini dengan penuh kebahagiaan dan kebanggaan. Hal ini sejalan dengan konsep Barthes tentang pakaian sebagai "tanda-tanda" yang membentuk makna sosial dan kultural di dalam masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun