KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.
Puasa Ramadan dan "Waspadai" Takjub Diri
Sifat takjub itu adalah induk dari sifat takabur, sifat menyombongkan diri yang sangat berbahaya. Jika sifat takjub hanya fokus kepada perasaan untuk diri sendiri, maka sifat takabur adalah karakter yang sudah berhubungan dengan orang lain.
Namun takabur ini awalnya merupakan asal dari sifat takjub diri. Hakikat takjub itu adalah merasa diri memiliki kelebihan dan tanpa menyadarinya bahwa semua yang dimilikinya itu tidak kekal.
Jika seorang hamba takjub pada prestasi ilmu dan amal ibadahnya, maka seharusnya dia juga mengingat dan merenungkan bahwa semua yang dicapainya itu berkat kehendak, pengetahuan dan kekuatan Allah semata.
Dengan demikian dirinya tidak pernah berlebihan dan berbangga diri dengan apa yang dilakukannya menjalankan semua amal ibadah kepada Allah. Takjub diri hanya membuat dirinya menjadi bodoh karena akan kehilangan semua pahala dari Allah.
Berikut sebuah teladan yang dilakukan seorang sahabat Nabi, Bisyr bin Manshur. Ketika orang-orang terkagum-kagum dengan sholat beliau yang khsuyu dengan bacaan Quran yang fasih. Begitu pula ibadah-ibadah lainnya patut menjadi kekaguman bagi orang-orang di sekitarnya.
Namun Bisyr bin Manshur tidak terjebak dengan takjub diri. Beliau malah mengatakan kepada orang-orang itu bahwa semua tidak perlu takjub pada dirinya karena itu bisa mejadi terperdaya.
Bisyr mengibaratkan dengan iblis yang mengabdi kepada Allah selama ribuan tahun, tetapi iblis menjadi ingkar karena merasa takjub merasa dirinya lebih baik dari manusia. Maka Allah akhirnya melaknatnya hingga akhir zaman.
Sifat takjub diri yang sangat menjebak diri kita dari kebinasaan karakter yang mungkin sudah kita bangun bertahun-tahun. Semoga kita mampu terhindar dari sifat jahat takjub diri. Aamiin ya Allah.
Salam @hensa.