KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.
Berpuasa pada Level Tinggi
Berpuasa pada level tinggi apakah mampu kita melakukannya? Sebuah pertanyaan yang pasti sulit untuk menjawabnya. Mungkin ada di antara kita yang sudah mampu melakukan puasa pada level tinggi.
Namun tidak dengan saya.
Sepanjang hidup ini saya selalu berupaya berpuasa sebaik mungkin. Dari Ramadan ke Ramadan, saya selalu fokus menunaikan ibadah yang istimewa ini dengan kesungguhan.
Namun untuk mencapai berpuasa dengan level tinggi tampaknya masih jauh dari harapan. Halitu karena puasa level tinggi hanya bisa dijangkau oleh hamba-hamba pilihan.
Kita sudah mengetahui ibadah puasa itu memiliki kedudukan yang tinggi di hadapan Allah dan RasulNya. Tingginya nilai puasa itu ada pada dua hal yang sangat penting dalam membentuk karakter hamba Allah.
Pertama, puasa itu mengandung ajaran berupa pencegahan diri. Merupakan amal ibadah yang sangat rahasia yang hanya dikethaui oleh Allah dan hambaNya yang berpuasa.
Kedua kita juga tahu bahwa puasa adalah sebuah upaya yang sangat efektif dalam menundukkan syetan sebagai musuh besar. Dengan berpuasa kita mampu mengendalikan syahwat dan nafsu.
Padahal selama ini syetan selalu menggoda manusia melalui pintu syahwat dan nafsu. Dengan berpuasa kita bisa menahan rasa lapar dan rasa lapar ini bisa memutus seluruh syahwat dan nafsu yang biasa digunakan syetan dalam menerobos Iman kita.
Sementara itu tingkatan puasa yang kita kenal secara lahirian adalah puasa Ramadan yang wajib bagi semua umat Islam menjalankannya. Begitu pula puasa sunah yang pernah dilakukan Rasulullah.
Ternyata itu adalah tingkatan minimal dari level puasasecara lahiriah. Sedangkan tingkatan lebih tinggi adalah puasanya Nabi Daud yaitu puasa sehari berselang seling secara terus menerus sepanjang tahun.
Rahasia keutamaan puasa Nabi Daud ini adalah semakin mengakar pada karakter seorang hamba Allah. Baginya puasa sudah menjadi kehidupan sehari-harinya.
Berpuasa yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari maka seorang hamba tidak merasakan adanya beban dari syahwat dan anfsunya karena selalu terkendalikan dengan baik. Hatinya juga selalu lapang dan dalam keadaan bersih dan suci.