Dr. Herie Purwanto
Dr. Herie Purwanto Penegak Hukum

Bismilah, Menulis tentang : - Korupsi dan Bunga Rampai (2022) - Korupsi (2023) - Hukum dan Korupsi (22 Oktober 2024 sd. sekarang) - Sebelum aktif di Kompasiana (2022), menulis di Jawa Pos, Suara Merdeka, Tribun dan Beberapa Media Internal Kepolisian

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Sandal untuk Mushola

12 April 2023   10:07 Diperbarui: 12 April 2023   10:15 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandal untuk Mushola
58b92d4e-fe91-46cc-ad76-40c08d5e6f04-64361fe04addee368f3dcc12.jpg

Foto tokopedia

Saya memperhatikan deretan sandal di sebuah musola. Walau warnanya berbeda, namun motifnya sama yaitu bertulis " sandal mushola". Di lain tempat sandal tadi bertulis " sandal wakaf". Saya mulai menemui model sandal seperti itu mungkin setahun yang lalu. Bahkan di sebuah toko on line, ada iklan penjualan sandal yang memang dikhususkan untuk diwakafkan di musola atau masjid. Kira-kira apa yang menjadi pemikiran awal pembuatan sandal tersebut?

Bisa jadi,  ide kreatif tanpa batas dari kreatornya. Ia berpikir bagaimana bisa membuat sebuah karya yang bisa menghasilkan uang. Dengan mendisain sandal sedemikian rupa, akan menarik pembelian dalam partai besar bagi para dermawan untuk diwakafkan. Dengan disain sandal seperti itu, "jaminan" tidak tertulis adalah sandal bisa lebih aman, tidak gampang hilang bila wakaf berupa sandal yang tanpa tulisan tadi. Sandal musola atau masjid tadi memang bila diamati, lebih aman dan tidak memunculkan kekhawatiran mudah hilang.

Inilah yang menarik, kenapa acapkali sandal di musola atau masjid hilang? Apakah ketukar? Atau sengaja ditukar oleh seseorang? Lebih-lebih sandal yang bermerk, bisa-bisa pemiliknya bersiap-siap pulang tanpa mengenakannya lagi. Ataukah sebenarnya tidak hilang, namun "dipakai" oleh orang lain yang ingin memakai sandal bermerk tanpa harus membeli? (Ah, sama saja jadinya). Siapa yang menciderai tempat suci dengan perbuatan yang sangat tidak disukai tersebut? Pencurian? Ya? Mengapa harus dan mengapa berani-beraninya melakukan pencurian di tempat ibadah?

643520e717cd6-64362031c870203c01177133.jpg
643520e717cd6-64362031c870203c01177133.jpg

Foto Kompas.com

Sering diberitakan juga bagaimana kotak amal masjid dibobol orang, bahkan yang terakhir, sebagaimana diberitakan kompas.com elakangan masyarakat dihebohkan dengan aksi Iman Mahlil Lubis (39) yang tertangkap kamera CCTV tengah menempelkan stiker barcode QRIS palsu di atas kotak amal Masjid Nurul Iman, Jakarta Selatan. Tak lama setelah video tersebut viral di media sosial, pelaku kemudian diamankan Polres Metro Jakarta Selatan pada Selasa (11/4/2023). Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Kombes Auliansyah Lubis mengungkap, Iman telah menempelkan QRIS palsu ke puluhan masjid, mushala, dan tempat umum di daerah Jakarta dan sekitarnya. "Beberapa tempat yang sudah ditempel (stiker barcode QRIS palsu) oleh yang bersangkutan itu ada 38 titik, ungkap Auliansyah dalam Konferensi Pers di Mapolda Metro Jaya, Selasa.

Belum lagi, pemberitaan hilangnya sepeda motor atau mobil di pelataran masjid. Dari kejadian ini, pertanyaan yang muncul adalah mengapa masih juga ada orang yang nekad melakukan "perbuatan yang dilarang Alloh" dan dilakukan " di rumah Alloh?", sudah tutup mata dan tutup hatinyakah? Nekad? Atau bagaimana? Ataukah yang melakukan tersebut menjadikan agama sebagai sebuah formalitas semata? Apa yang menjadi substansi tentang perbuatan-perbuatan apa yang dilarang oleh agama, sama sekali tidak tertoreh dalam hati nuraninya? Sehingga, melakukan perbuatan tersebut tanpa terbebani oleh perasaan dosa, dan lebih ironisnya tidak menganggap bahwa langkahnya selalu diawasi oleh Sang Khaliq?

Semangat dan ibroh Ramadan yang menebarkan kebaikan dan ampunan dari Alloh, setidaknya menjadikan sebuah perenungan bersama, bahwa hakikatnya setiap perbuatan yang dilakukan, selalu dilihat oleh Alloh dan sangat mudah bagi-Nya untuk membuka aib perbuatannya, Jangan berpikir ketika melakukan perbuatan terlarang, lebih-lebih di tempat yang suci, tempat ibadah tadi tidak diketahui oleh manusia merasa aman-aman saja. Dipastikan, pasti akan diminta pertanggungjawabannya.

Kembali pada sandal untuk musola, bila kesadaran kolektif kita semua sudah terlembaga dengan baik, tidak perlu lagi diproduksi sandal-sandal bertulis tadi, karena apapun motif sandal yang diwakafkan, tidak terbarengi oleh kekhawatiran mudah hilang seperti yang sudah-sudah. Semoga terpatri pada kita semua, yang kini tengah lebih istiqomah, menyambut datangnya lailatul qodar.

Selamat Beritikaf

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun