Herlina Puspawati
Herlina Puspawati Lainnya

Ibu rumah tangga. aktifitas sehari hari mengajar AL Qur'an, suka dengan kegiatan kegiatan sosial , suka menulis

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Jangan Pernah Berhenti Memberi

21 April 2023   09:00 Diperbarui: 21 April 2023   08:58 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan Pernah Berhenti Memberi
Dok. pribadi

Bulan mulia, bulan suci telah beranjak meningalkan kita. Sedih, haru, bahagia, harapan dan kecemasan mengiringi kepergiaanya. Setiap kita, pasti berdoa semoga ALlah pertemuan kita kembali dibulan Ramadhan yang akan datang.  Tapi harusnya sebelum doa itu terpanjatkan hendaknya kita berintrofeksi diri, apakah kita layak memanjatkan doa tersebut ?. Apakah hamparan kemuliaan dan taburan pahala dibulan Ramadhan sudah kita manfaatkan sebaik mungkin?.  Coba merenung, apa saja yang sudah kita lakukan dari awal Ramadhan hingga di akhirnya. Jangan jangan kita diawal seperti pasukan penunggang kuda yang gagah berani tanpa mengenal lelah setelah itu berubah menjadi kaum rebahan diakhir Ramadhan. Sungguh manusia memang terkadang sangat lalai dari kesempatan yang sudah diberikan Maha Pencipta.

Apapun yang sudah kita lakukan di bulan Ramadhan, maka itu sudah menjadi hal yang berlalu. Tugas kita sekarang memandang kedepan. Dari kelalaian yang kita lakukan, pastinya ada kebaikan kebaikan yang juga kita lakukan. Tengoklah kembali kebaikan kebaikan tersebut. Salah satu kebaikan yang biasanya dilakukan oleh kita adalah semangat memberi. Berlomba lomba kita memberikan apa yang kita punya kepada orang orang disekeliling kita, keluarga, saudara, sahabat, tetangga dan kaum muslimin disekitarnya.  Ada yang berbagi sembako, makanan berbuka puasa, mukena dan lan lain. Semua diberikan dengan rasa senang dan kebahagiaan.

Ramadhan membentuk rasa empati yang tinggi kepada orang lain. Mungkin salah satunya karena ada hamparan Pahala yang dijanjikan Oleh Allah SWT, ada balasan berlipat lipat ganda atas kebaikan kebaikan yang dilakukan.  Semangat Memberi, hal ini yang harus kita perjuangankan untuk tetap ada pada diri kita.  Tidak perlu menunggu Ramadhan untuk bisa banyak memberi. Jangan pernah padamkan semangat itu, hingga akhir kehidupan kita.

Allah SWT tidak pernah berhenti memberikan Rahmat dan kasih sayangNya kepada makhlukNya,  kalo bukan karena Rahmat dan kasih sayangNya yang setiap hari kita rasakan, sudah pasti kita akan menjadi makhluk yang hina. Orang tua kita juga tidak pernah berhenti memberkan kasih sayangnya kepada anak anaknya sampai mereka tutup usia, dari kita masih bayi bahkan setelah kita menikah dan punya anak, orang tua tetap mencurahkan perhatiannya kepada kita.

Sangat banyak hikmah yang bisa kita dapatkan dari memberi, diantaranya memberi menghilangkan kesombongan dan rasa egois, karena memberi perlu keikhlasan dan tanpa pamrih. Memberi mendekatan kita kepada Allah SWT, dengan  keihlasan, hanya ada satu harapan yang kita inginkan, kiranya Allah SWT berkenan membalas dengan limpahan RahmatNya untuk memasuki JannahNya.

Semangat memberi, tidak lahir begitu saja tapi harus di paksa untuk dilahirkan. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menumbuhkannya

  • Niatkan karena Allah SWT, tidak berharap apresiasi dari selainNya,  hal ini menumbuhkan keikhlasan, tidak perlu berharap orang mengucapkan terimakasih atas apa yang kita berikan.
  • Berikan apa yang kita punya sampai tidak ada lagi yang bisa kita berikan. Yakinlah tidak ada orang yang miskin karena bersedekah. Ketika kita merasa sudah sering memberi, maka yang harus kita cermati adalah, seberapa banyak harta yang sudah kita sedekahan dengan harta yang masih kita simpan. Besar kecil sedekah memang tidak menjadi baromater keikhlasan, dan hitungan pahala jadi hak peregrotif Allah, kita yang lebih paham apakah prosentasi harta yang dikeluarkan proposional dengan harta yang masih kita simpan.
  • Memberi dikala lapang dan sempit.  Ketika kelapangan itu hadir memberi bukan suatu hal yang sulit, tapi mampukah kita memberi dikala sempit. Sesuatu tentunya bisa memberi dikala sempit. Berfikir cerdas, kesempitan bukan halangan untuk memberi.  Memberi bukan hanya materi, banyak hal hal selain materi yang bisa kita berikan kepada orang lain. Kalo kita tidak bisa memberi maka jadilah kita makelar kebaikan untuk orang lain.
  • Memberi diluar aktifitas kebaikan yang dilakukan. Seorang guru pastinya setiap hari memberikan ilmu ilmu kapada murid muridnya. Dokter memerikan pelayan kesehatan pasien pasiennya Itu merupakan standar kebaikan yang memang dilakukan atas pilihan profesi. Tentunya kita bisa meluaskan kebaikan kebaikan kita, dengan cara kita masing masing. Ada banyak peluang kebaikan disekitar kita, munculkan ide ide terbaik untuk bisa memberi.
  • Asyik kayany kalau dibuat selogan, biar tetap semangat. Para pecinta Al Qur’an punya selogan ‘one day one juz’,  Para pecinta siroh punya selogan ‘one day one siroh’.  Mungkin kita bisa bikin selogan ‘One day one Gift’ . Satu hari harus ada satu pemberian atau hadiah yang kita berikan kepada orang lain.

Semangat memberi, semoga amal amal kebaikan kita menjadi pemberat amal kebaikan kita di akherat. Dari sekian banyak pemberian yang kita lakukan kita tidak tau mana yang benar benar diterima Allah, dari sekian banyak pemberian, bisa jadi ada doa doa terbaik yang Allah kabulkan yang diucapkan oleh penerima pemberian kita. Teruslah memberi, teruslah berharap, sampai tiada adalagi kesanggupan diri untuk melakukanya. Karena termakan usia atau tutup usia. WaLlaahu’alam

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun