Merawat Ramadan Sepanjang Tahun
Bulan Ramadan adalah bulan penuh berkah. Kalau kita bersedia merawatnya, keberkahan Ramadan akan mewarnai kehidupan sepanjang tahun. Ramadan tidak saja mengajari kita tentang kesalehan pribadi tetapi juga kesalehan sosial. Kesalehan pribadi karena hubungan kita dengan sang Khalik. Kesalehan sosial karena hubungan kita dengan sesama manusia. Banyak anggapan kesalehan pribadi lebih mudah dicapai dibanding dengan kesalehan sosial.
Mengapa demikian? Karena kesalehan pribadi unsurnya cuma satu, ya pribadi itu sendiri. Sehingga, ibadah-ibadah ritual itulah penampakannya. Sebaliknya, kesalehan sosial memasukkan unsur humanisme dalam pelaksanaannya. Itu menjadi lebih sulit karena menghadirkan keterlibatan orang lain.
Sesungguhnya, dua bentuk kesalehan tadi tidak sepatutnya dipertentangkan mengingat di antara keduanya saling berkelindan. Seorang muslim yang saleh pribadinya seharusnya saleh juga prilaku sosialnya. Begitu sebaliknya. Momen Ramadan sebulan penuh diciptakan sebagai media bagi terbentuknya pribadi muslim yang tangguh tersebut.
Berpuasa selama sebulan penuh sesungguhnya untuk merasakan apa yang dirasakan orang-orang yang kurang beruntung. Salat tarawih di malam hari menjadi penguat jalinan cinta hablum minallah. Zakat fitrah dan zakat maal yang diberikan kepada fakir miskin adalah manifestasi hablum minannas. Lengkaplah ketika bulan mulia tersebut ditutup dengan salat Idul Fitri, kembali suci.
Masalahnya, setelah kembali suci apakah bisa--paling tidak mempertahankan apa-apa yang sudah dilaksanakan ketika Ramadan lalu? Di sinilah kuncinya. Merawat Ramadan di luar Ramadan.
Kalau ketika Ramadan kita berpuasa sebulan penuh, mungkin kita bisa menjaganya dengan berpuasa sunnah Senin-Kamis, puasa Nabi Daud, dan puasa yaumul bidh--tengah bulan. Kalau saat Ramadan kita salat tarawih, barangkali kita bisa melakukan salat lail setiap malam. Kalau tidak bisa, mungkin empat kali dalam seminggu. Tidak kuat? Ya, dua kali dalam semingu. Tidak bisa bangun malam bisa menggantinya dengan salat duha dua rakaat, empat rakaat, dan seterusnya. Sebagai pengganti zakat bisa melakukan infaq, sedekah. Membaca Alquran bisa dilakukan setiap saat, di mana saja asal bukan di tempat yang dilarang. Memasak yang sehat untuk keluarga bisa kita lakukan sehari-hari. Intinya, berbuat baik tidak boleh berhenti saat Ramadan berakhir. Izinkan inspirasi Ramadan mewarnai hari-hari kita selanjutnya.
Saya menulis ini sebagai reminder bagi diri saya pribadi. Bulan mulia ini telah meninggalkan kita. Banyak kenangan tercipta di bulan ini. Membuat program bersama anak-anak. Menyiapkan takjil bagi keluarga. Tidak lupa menyusun menu sahur-buka sebulan penuh. Tadarus bersama. Bekerja sama dengan ibu-ibu PKK RT-RW. Lebih luas lagi, bekerja sama dengan Emak-Emak di Divisi Keputrian Masjid Perumahan. Menyiapkan takjil bagi masyarakat, mengelola kajian tiap ahad, tadarus bersama tiap malam (meskipun anggotanya bisa dihitung dengan jari), mengelola bakti sosial bagi para pembantu rumah tangga dan kaum dhuafa. Masih ingatkah kawan, kita rapat sampai malam menyusun strategi agar semakin banyak para penerima baksos, pagi-pagi nempel sticker di tas padahal belum mandi, berlelah-lelah belanja kebutuhan baksos saat dahaga tiba? Semoga lelahnya berbuah pahala. Ah... pasti kita semua kangen dengan atmosfir di bulan mulia ini.