Memasuki Ramadan: Dari Nyadran sampai Rumah Cahaya
Sedangkan atap nipah digunakan di rumah penduduk kelas menengah dan deretan rumah di kampung nelayan.
Beberapa warung makan, biasanya milik orang Tionghoa yang terpaksa tetap buka, mempersiapkan korden untuk menutupi warung agar orang yang lewat tidak dapat melihat secara langsung aktivitas di dalam warung.
Di setiap bulan Ramadan, rumah-rumah warga menjelma menjadi rumah cahaya karena hampir setiap malam selama sebulan penuh dihiasi lilin dan lampu lampion, dimatikan menjelang tidur.
Kala itu listrik dinyalakan secara bergiliran, dan hanya rumah-rumah tertentu yang mampu berlangganan. Hanya ada beberapa titik lampu penerangan jalan yang kurang memadai (tidak terang).
Jadi saat menjelang ramadan, anak-anak berlomba menyiapkan (membeli lilin) berbagai ukuran untuk dipasang di pagar maupun sudut-sudut rumah, di samping merengek ke orang tua agar dibelikan kembang api.
Kala itu mercon belum banyak yang jual sehingga anak-anak lebih suka bermain mercon bumbung yang terbuat dari potongan bambu.
Berbagai tradisi di Indonesia yang dilakukan untuk persiapan puasa, dengan berbagai ritual, mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan spiritualitas yang kuat dalam budaya Indonesia. Bukan hanya melakukan persiapan fisik untuk menjalani ibadah puasa, tetapi juga persiapan batin dengan menyucikan diri.
Selamat memasuki bulan Ramadan dengan penuh suka cita.