Memotret Masjid dan Aktivitas Ramadan
Namun demikian, masjid dalam perkembangannya bukan saja menjadi pusat ibadah seperti salat dan itikaf saja, melainkan mempunyai peranan lebih luas, menjangkau berbagai aspek kehidupan manusia.
Masjid Pura Pakualaman, misalnya, secara arsitektur menunjukan keserasian antara budaya Jawa dan Islam.
Bentuk mustaka (kubah) yang menyerupai gada atau lingga, diterjemahkan sebagai pejaleran, dimaksudkan agar manusia selalu ingat pada sangkan paraning dumadi (asal muasalnya), manusia senantiasa mengetahui dan mengingat jalan lurus sebagai makhluk Tuhan.
Arsitektur masjid lain yang cukup unik adalah Masjid Gedhe Mataram, dibangun sejak era kerajaan Mataram Islam (1587) oleh Panembahan Senopati.
Masjid Gedhe Mataram memiliki makna filosofis catur gatra tunggal, sebagai simbol ketaatan kepada Tuhan (masjid), simbol kepemimpinan (keraton), sosial kemasyarakatan (alun-alun), dan simbol ekonomi. (pasar).
Keunikan arsitektur Masjid Gedhe Mataram dapat dicermati dari bangunan yang merefleksikan toleransi terhadap agama Hindu-Buddha, terlihat dari pintu gerbang dan pagar pembatas berupa dinding menyerupai bangunan candi-candi Hindu.
Sajian Foto Lainnya
Buku yang akan diterbitkan juga memuat foto-foto berkaitan dengan aktivitas seputar ramadan, pemanfaatan tempat ibadah untuk kegiatan sosial, budaya, dan fotografi.
Foto-foto yang dihadirkan akan mempertimbangkan kemampuan memanfaatkan dan menyiasati cahaya, angle (sudut pengambilan gambar), dan menghadirkan komposisi.
Target ini tentu saja tidak mudah dicapai karena tantangannya begitu besar, utamanya saat akan diterbitkan.
Tuntutannya bagaimana warna foto akan sama dengan aslinya saat dicetak penerbit, kertas seperti apa yang digunakan agar penyerapan tinta merata dan foto tidak pecah. Apa pun yang terjadi, setidaknya kami mempunyai target untuk Ramadan 2024 ini.