H.M.Hamidi
H.M.Hamidi Lainnya

Pekerja Sosial, Pelaku Pemberdayaan, Praktisi Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Mengingat Masa Kecil "Puasa Balas Dendam Dan Kalap Belana Makanan"

2 Mei 2020   11:06 Diperbarui: 2 Mei 2020   11:25 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengingat Masa Kecil "Puasa Balas Dendam Dan Kalap Belana Makanan"
Dok.Hamidi

Puasa adalah menahan lapar dari makan dan minum mulai terbit fajar hingga terbenam matahari, begitulah yang disampaikan guru ngajiku saat mengajarkan kami tentang bagaimana belajar puasa.

Belajar mengaji ditempat tinggalku biasanya dari Magrib sampai Isya dengan penerangan lampu seadanya. Maklum waktu itu kampung tempat tinggalku belum ada listrik, kami hanya menggunakan lampu pelita sebagai alat penerang. Sekalipun demikian tidak mengurangi semangat kami untuk mengaji.

Seminggu sebelum memasuki bulan suci ramadhan, sudah menjadi tradisi menghatamkan pengajian untuk persiapan memasuki bulan suci ramadhan.

Dengan senang hati setiap santri dan wali santri membawa makanan dari rumah masing masing untuk dimakan bersama di tempat mengaji sebagai tanda bahwa belajar mengaji di mushalla untuk tahun ini sementara diliburkan hingga selesai hari raya idul fitri. 

Pada kesempatan tersebut guru mengaji kami memberikan tausiah tentang persiapan memasuki bulan suci ramadhan. Dan meminta kepada kami yang sudah duduk dikelas 1 sampai kelas 3 sekolah dasar untuk memulai belajar puasa agar ketika balig nanti terbiasa melakukan puasa.  

Ketika itu aku masih duduk di kelas 3 sekolah dasar bersama teman teman mengaji sebayaku janjian untuk mulai belajar puasa ketika bulan suci ramadhan tiba.

Malam pertama bulan puasa kami sholat Isya dan sholat Tarwih berjama'ah ditempat kami mengaji dan saling mengingat mulai besok kita berpuasa.

Hari pertama bepuasa tentu menjadi sangat berat bagi kami, karena masih baru belajar berpuasa sekalipun oleh orang tua dan guru mengaji kami menyarankan kalau tidak mampu sampai waktu Magrib cukup sampai waktu Dhuhur kemudian disambung lagi hingga waktu Magrib tiba.

Mengingat pengalaman pertama berpuasa terasa lucu dan menggemaskan. Sebagian dari kami saling menceritakan ketika merasakan lapar ada yang lari ke kolam dekat mushalla untuk mandi dan menyelam sambil minum air, sebagian lagi pulang ke rumah masing masing melihat sambil mengamati keaadaan apakah ada orang yang melihat atau tidak agar tidak ketahuan bahwa dia mau mengambil makanan. 

Jika tidak ada yang melihat, lalu dia mengambil makanan yang ada untuk menghilangkan rasa lapar. Biasanya kami lakukan menjelang waktu Dhuhur, Masing masing dari kami masih beranggapan bahwa yang membatalkan puasa adalah makan dan minum yang diketahui orang lain atau didepan orang banyak.

Walaupun sudah minum dan makan seadanya yang kami anggap tidak membatalkan puasa, dengan cara kami masing masing ketika menjelang waktu dhuhur tadi, tetap saja tidak bisa mengurangi rasa lapar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun