Tradisi Lebaran di Pakistan: Dari Hidangan Siwiyan hingga Hias Tangan
Lebaran atau idul fitri adalah hal yang dinantikan umat muslim di dunia. Hari di mana umat muslim di dunia menuju kemenangannya dalam berpuasa selama tiga puluh hari lamanya. Selain itu, Idul Fitri juga ajang sebagai berkumpulnya saudara dan keluarga setelah sekian lamanya tak berjumpa. Maka, momen lebaran adalah waktu yang tepat untuk berjumpa kembali dengan sanak famili.
Dalam tradisi di Indonesia, opor dan rendang menduduki peringkat teratas dalam hidangan di kala lebaran tiba. Biasanya, tuan rumah menyediakan hidangan tersebut, terlebih di saat saudara berkunjung ke tuan rumah. Opor dan rendanglah menjadi makanan perekat antar keluarga di Indonesia saat lebaran.
Maka, di Pakistan juga tak kalah menarik dalam tradisi saat Idul Fitri tiba. Dalam pelosok negri Pakistan, di mana mereka masih memegang erat tradisi lebaran hingga saat ini. Mengunjungi rumah sanak saudara juga masih menjadi hal yang dinantikan di kala Idul Fitri tiba. Selain itu, mereka juga di beberapa wilayah masih berkunjung ke makam-makam yang sudah mendahului mereka di dunia.
Seperti di Multan, salah satu daerah di Pakistan yang saya kunjungi ketika lebaran. Adat-adat di atas kerap kali dilakukan oleh masyarakat di sana dan sudah menjadi ajang tahunan mereka. Biasanya, sebelum pelaksanaan sholat Ied (Idul Fitri), mereka selalu menyajikan siwayan, yaitu makanan manisan yang terbuat dari tepung yang dicampur dengan susu lalu ditaburi dengan gula merah. Selain menjalankan sunnah Idul Fitri, ternyata tradisi ini cukup digemari oleh masyarakat mereka sendiri. Dan tentunya, makanan ini juga cocok untuk lidah orang Indonesia juga.
Selain itu, tradisi yang tidak kalah uniknya adalah menghiasi tangan dengan hena (hiasan tangan), atau mereka menyebutnya dengan Mehndi. Biasanya, hiasan ini dikhususkan untuk wanita saja. Selain untuk mempercantik diri, juga menghidupi tradisi Idul Fitri di Pakistan. Sebenarnya, hiasan mehndi bukan hanya saat lebaran saja, di saat pengantin ataupun di hari-hari besar juga kerap kali mereka gunakan.
Di akhir, kunjungan ke kerabat dan saudara juga menjadi hal yang selalu dihidupkan oleh mereka. Selain menjadi ajang saling minta maaf, juga ajang untuk bersilatirahmi antar saudara. Mereka masih memegang teguh dengan adanya hal-hal baik seperti silaturahmi, selain juga disebutkan dalam sebuah hadist juga ini sudah menjadi tradisi di Pakistan di kala Idul Fitri tiba.
Sebagai negara yang bermayoritaskan Islam, mereka selalu menghidupkan nilai-nilai keislaman di dalamnya. Selain itu, menghidupkan tradisi-tradisi di atas, juga mereka artikan sebagai menjalankan konsep Islam yang melekat dengan budaya setempat. Cerminan ini yang menjadikan Pakistan masih menjadi negara yang berpopulasikan Islam namun mempunyai ciri khas yang masih mereka hidupkan hingga saat ini.