Mohammad Ibnu Sholeh
Mohammad Ibnu Sholeh Pelajar Sekolah

Hobi baca buku sastra, filsafat, dan matematika. Pernah suka fisika, seni, dan olahraga.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Bagaimana Sih Waktu Berpuasa di Luar Indonesia?

17 Maret 2024   22:37 Diperbarui: 17 Maret 2024   23:06 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagaimana Sih Waktu Berpuasa di Luar Indonesia?
Islam di negara terpencil dengan pergantian siang dan malam yang ekstrem | Hasil dari AI | Sumber: gencraft.com

Baru-baru ini saya paham mengapa jumlah penduduk Islam di wilayah Eropa begitu minoritas.

Bisa jadi karena dikaitkan dengan budaya dan tradisi Arab dalam pakaian dan politik yang sudah tidak relevan. Atau bisa jadi karena adanya statement tak dikenal yang berbunyi, "Islam hanya cocok bagi rakyat tropis."

Tak hanya benua Eropa, bahkan negara-negara Timur Tengah hingga beberapa penduduk Indonesia juga terjebak dalam persepsi demikian. Terlebih kemunculan Hizbut Tahrir sebagai komunitas aktivis penjunjung khilafah yang banyak menuai kontra gara-gara penolakan mereka terhadap hukum negara demokrat.

Pembahasan pertama tadi mengenai persepsi khilafah telah menjadi masalah umum.

Bertahun-tahun, saya menerima kabar kalau ternyata banyak kalangan masyarakat yang selalu mengidentikkan Islam dengan Arab. Seseorang dikatakan sudah Islami jika telah menerapkan sejumlah simbol-simbol budaya dan tradisi Arabia.

Mendengar hal itu, saya selalu diam karena belum menemukan alasan yang benar, hingga akhirnya tersadar setelah membaca sebuah buku di perpustakaan, "Mana ada ayat atau hadis yang menyuruh kita untuk berbudaya seperti bangsa Arab?" Pertanyaan retorik itu terngiang-ngiang pada kepalaku.

Ditambahkan lagi, "Rasulullah SAW itu diutus Allah membawa nilai-nilai kemanusiaan untuk semua kalangan umat, seluruh negara, termasuk bangsa-bangsa yang berbeda-beda budaya. Maka Nabi tidak pernah memerintahkan umatnya untuk selalu mengikuti tradisi dan budaya Arab secara turun-menurun, melainkan perintah takwa-lah yang paling utama." Dalam Al-Qur`an disebutkan:

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti." [QS. Al-Hujurat: 13]

Dengan begitu, kita tidak perlu terlalu memaksa perubahan budaya dan tradisi demi meningkatkan jiwa Islami kita. Sebab, Allah tidak pernah menyuruh kita sedemikian. Hal ini tentunya harus diketahui oleh semua rakyat muslim, agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap Islam dan menular hingga wilayah Eropa sana.

Setelahnya, akan kujabarkan pembahasan kedua mengenai statement yang --agaknya-- masuk akal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun