Ifah Latifah
Ifah Latifah Guru

Penulis buku antologi Guru Profesional (Laikesa: 2020). Antologi Jawaban dari Tuhan (Dd Publishing:2020). Antologi Mengedukasi Negeri (Madani Kreatif: 2020) Guru Limited Edition ( Pustaka Literasi : 2021) Puisi 1000 penggiat Literasi judul Indonesia bangkit(Geliat gemilang abad i: 2021) Nak sungguh aku mencintaimu ( Little Soleil : 2021)

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Menggali Kekayaan Budaya Kuliner Aceh Tamiang: Kelezatan Bubur Pedas Simbol Tradisi Ramadan

22 Maret 2024   16:50 Diperbarui: 22 Maret 2024   18:35 2133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aceh Tamiang, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Aceh, Indonesia. Wilayah ini berbatasan langsung dengan provinsi sumatera Utara. Secara Budaya Masyarakat Aceh Tamiang memiliki kemiripan  budaya dengan masyarakat melayu Sumatera Utara ketimbang budaya suku Aceh Sendiri. Hal ini disebabkan sejarah asal mula masyarakat Aceh Tamiang pada masa lampau. 

Aceh Tamiang memiliki keindahan alam yang memukau, ada banyak tempat indah yang dapat dikunjungi sebagai tempat wisata, meskipun pengelolaannya masih terlihat belum begitu serius, namun tempat wisata tersebut menjadi recommended bagi kamu yang ingin mencari ketenangan.

Selain memiliki kekayaan alam dan pesona wisatanya Aceh Tamiang juga memiliki aneka kekayaan kuliner tradisionalnya. Jenis makanan berat, sedang, sampai makanan ringan tentunya ada di Aceh Tamiang.

Teringat masa kecil dulu dikampungku para ibu rumah tangga membuat aneka masakan dan kue tradisional yang semua prosesnya dilakukan secara tradisional. Bahkan pembuatan bahannya pun dilakukan dengan tradisional, seperti penumbukan padi menjadi beras, dan penumbukan beras menjadi tepung semua dilakukan dengan cara tradisional. Suara tumbukan  lesung kayu terdengar saling bersahutan dari rumah-kerumah saangat meriah. Hal itu menjadi pertanda bahwa lebaran akan segera tiba.

Zaman sudah berubah, ada banyak kemudahan yang kita peroleh sekarang seiring berkembangnya teknologi.namun tetap saja masih menyisakan kekhasan-kehasan tersendiri yang tetap dinanti terutama aneka kuliner warisan leluhur yang sampai kini masih menjadi primadona.

Memang kuliner khas Tamiang tidak bisa didapat dengan mudah di hari-hari biasa. Kuliner-kuliner ini akan hadir pada saat-saat tertentu, misalnya Nasi Mnyak  sering di temui saat perayaan Maulid Nabi muhammad SAW. Kue Rasyidah dan halua (manisan) muncul pada saat pesta pernikahan, ada kue lepat, bangkit, kembang loyang, karas dan sepit yang hadir pada saat perayaan-perayaan terutama menjelang lebaran. Dan yang tak kalah populernya adalah jenis kuliner Bubur pedas yang hanya ditemui pada saat bulan Ramadan.

Bubur pedas menjadi takjil primadona saat bulan Ramadan. Makanan ini biasa dimakan dengan sayur anyang. Cita rasanya sungguh menggugah selera. Proses pembuatannya yang lumayan ribet, membuat para pengomsumsi bubur pedas lebih memilih membeli ketimbang disuruh membuat. Belum lagi aneka jenis bumbu pelengkap berupa daun-daunan khas yang agak sulit didapat.

Selain rasanya yang lezat bubur Pedas ini juga diperkaya dengan bahan-bahan yang dapat menyehatkan tubuh karena kaya akan rempah-rempah berkhasiat. Bagi kamu yang belum begitu kenal dengan kuliner ini yuk simak apa saja yang menjadi keunikan dari bubur pedas, agar  kamu tidak penasaran;

1. Kaya Rasa dan Aroma Tradisional: Bubur pedas di Aceh Tamiang memiliki cita rasa yang khas dan aroma yang menggugah selera. Dibuat dengan bahan-bahan lokal seperti beras, aneka sayuran umbi dan buah, bubur ini kemudian disajikan dengan bumbu pedas yang mengandung rempah-rempah tradisional Aceh seperti lengkuas, kunyit, jahe, dan cabai rawit. Gabungan rasa pedas, gurih, dan rempah-rempah menciptakan sensasi kuliner yang unik dan tak terlupakan.

2. Proses Pembuatan yang Tradisional: Salah satu keunikan bubur pedas di Aceh Tamiang adalah proses pembuatannya yang masih mengikuti tradisi turun temurun. Biasanya, bubur pedas ini disiapkan oleh para ibu rumah tangga atau penjual makanan kaki lima di pinggir jalan. Mereka menggunakan resep warisan keluarga dan metode memasak yang tradisional untuk menghasilkan bubur pedas dengan cita rasa yang autentik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun