Iis Suwartini
Iis Suwartini Dosen

Iis Suwartini merupakan dosen di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta sejak tahun 2014. Mengajar pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saat ini sedang menempuh studi S3 pada jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Sebelas Maret (UNS). Penulis aktif menulis kolom opini, cerpen, cerita sejarah dan cerita misteri di beberapa koran.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Sound of Borobudur, Jejak Kejayaan Perlu Didendangkan

11 Mei 2021   21:57 Diperbarui: 11 Mei 2021   22:12 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sound of Borobudur, Jejak Kejayaan Perlu Didendangkan
https://japungnusantara.org/sound-of-borobudur/

Borobudur dengan sejuta pesonanya merupakan mahakarya anak bangsa yang tak akan lekang di telan zaman. Bangunan yang begitu megah mengisyaratkan kejayaan masa silam. Borobudur adalah candi atau kuil Budha terbesar di dunia. Candi Borobudur oleh UNESCO dinobatkan  sebagai warisan budaya dunia.

Tak dapat di pungkiri keberadaan Candi Borobudur merupakan tiruan semesta. Berbagai penggambaran sejarah masa silam tergambar jelas pada relief Candi Borobudur. Pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief . Borobudur merupakan koleksi relief Budha terlengkap dan terbanyak di dunia. Salah satunya  terdapat relief perkembangan musik yang sudah ada sekitar 800-an masehi.  

Relief musik terdapat pada relief Karmawibhangga, pada dasarnya berisi naskah Mahakarmawibhangga yakni tentang hukum sebab akibat. Pada relief tersebut menggambarkan kehidupan masyarakat pada abad ke 9 dan ke 10. Menariknya pada relief Karmawibhangga terdapat relief yang melukiskan berbagai alat musik. Terdapat 10 panel yang memuat jenis alat musik. Panel tersebut adalah panel nomor 1, panel nomor 39, panel nomor 47, panel nomor 48, panel nomor 52, panel nomor 53, panel nomor 72, panel nomor 101, panel nomor 102 dan panel nomor 117.

Hal tersebut membuktikan betapa  majunya peradaban bangsa Indonesia telah mengenal beragam alat musik. Tentunya alat musik yang ada pada relief Candi Borobudur menjadi saksi  harmonisasi masa silam dengan  berbagai keunikannya. Diperkirakan berbagai alat musik yang ada pada Candi Borobudur berasal dari berbagai alat musik di nusantara.

Terdapat 4 jenis  alat musik diantaranya : (1) jenis Idiophone (kentongan dan kerincingan), (2) jenis Membraphone (gendang, kentingan), (3) jenis Chardophone (gambus, rebab),
(4) jenis Aerophone (seruling, terompet).

Untuk menghidupkan kembali kejayaan masa silam para musisi mencoba menghadirkan replika alat musik yang terdapat pada relief Candi Borobudur. Purwacaraka bersama tim telah melakukan penelitian untuk menghadirkan kembali musik yang telah punah. Ia bersama para seniman  meinterpretasikan bunyi, membuat komposisi, merawat gaya dalam sebuah aransemen,  dan berlatih bersama. Saat ini sudah terkumpul 190an alat dan diyakini akan terus bertambah. Ada 21 jenis dawai atau alat petik yang dibuat ulang. Juga berbagai macam alat tabuh dan gerabah serta berbagai jenis perkusi.

Untuk pertama kalinya  alat musik tersebut diperdengarkan pada tahun 2020 dihadapan publik dunia pada acara Malam Puncak Festival Pamalayu. Acara berlangsung di kompleks Candi Padang Roco Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat. Acara tersebut disambut antusias oleh penonton. Berbagai perpaduan musik menyatu dengan alam. Sungguh tidak dapat dibayangkan bagaimana merdunya musik tersebut didendangkan para leluhur kita.  

Diperkirakan fungsi alat musik pada waktu itu digunakan untuk ritual ataupun untuk upacara adat. Terlihat penggambaran pada relief candi nampak unsur magis. Terlepas apa pun fungsinya alat musik yang ada pada relief Candi Borobudur merupakan mahakarya yang luar biasa. Pasalnya beragam alat musik dengan perpaduan komposisi sudah ada sejak jaman nenek moyang kita.  Sangat dimungkinkan bahwa Borobudur pusat musik dunia. Maka tak heran para seniman berupaya mendendangkannya kembali. 

Hubungan seni  dan budaya memiliki keterkaitan yang erat. Seni tidak dapat dipisahkan dari suatu budaya begitu juga sebaliknya. Didalam seni baik berupa tari, maupun musik mencerminkan suatu kebudayaan pada zamannya. Di dalam suatu kebudayaan terdapat karya seni yang merupakan wujud interpretasi masyarakat yang dituangkan melalui seni baik tari maupun musik. Untuk itu mari kita lestarikan warisan budaya bangsa dengan turut serta mengkampanyekan Sound Of Borobudur sebagai Wonderful Indonesia.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun