Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com
Menu Sahur Tanpa Ribet Penderita GERD
Bagi saya, sahur adalah kegiatan yang cukup memacuadrenalin.
Betapa tidak, sebagai pengidap penyakit GERD, saya cukupselektif dalam memilih menu sahur, di samping menu berbuka puasa. Sendawa disertai nyeri ulu hati yang amat sangat menjadiancaman sekaligus tantangan. Padahal, saya tidak pernah tidur sehabis sahur danmengalihkan untuk kegiatan lainnya. Namun, sensasi yang muncul akibat penyakitini kerap hinggap juga.
Maka, untuk menyiasatinya, saya mematuhi anjuran dari doktermengenai menu sahur yang akan saya makan. Sebelum tidur, saya jugamakan sedikit cemilan agar perut tidak benar-benar kosong sebelum tidur.
Menu yang menjadi andalan saya adalah sayuran dan lauk paukrebus. Saya benar-benar menghindari olahan minyak karena sulit dicerna lambung.Walau sulit dan sepertinya tidak cukup enak, namun lama-lama saya sudah biasa.
Jadi, menu yang menjadi andalan saya adalah tahu dan tempe rebusyang dimakan beserta sayur-mayur. Sayuran yang menjadi favorit saya adalahmentimun. Sementara ini, saya hanya makan kombinasi dari ketiga bahan itu saatsahur. Biasanya, setelah perut saya merasa cukup enakan dan tidak ada sensasiyang melanda, maka saya akan meneruskan dengan menu lain yang lebih variatif.
Menu ini akan muncul seminggu setelah saya berpuasa. Saatsaya sudah mulai bisa beradaptasi dengan pola makan sahur dan berbuka. Menulain yang kemudian menjadi andalan adalah ayam panggang madu dan sayur kacangpanjang. Namun untuk sayuran, saya jarang memakannya saat sahur mengingat waktupersiapan yang cukup mepet.
Jadi, saya hanya makan tahu tempe rebus atau ayam panggangbeserta sayuran mentimun atau kacang panjang sebagai pelengkap hidangan. Dokterpernah menyarankan agar saya juga bisa makan brokoli dan kembang kol.
Namun, saat saya mencoba kedua jenis sayuran itu, sensasiyang cukup hebat melanda. Sensasi ini kadang muncul saat pagi hari, atau 3 jamsetelah saya sahur. Saya pun akhirnya menghindari keduanya. Memang, tiap orangmemiliki pantangan yang berbeda-beda.
Untuk daging tanpa lemak atau ikan, meski dokter jugamenyarankan untuk dimakan dengan cara dikukus, dipanggang, atau direbus, sayajuga tidak memasukkannya dalam menu. Kembali, waktu persiapan yang cukup mepetmembuat konsumsi makanan tersebut untuk sahur cukup mustahil. Jikalau ada sisadaging atau ikan sehabis berbuka, tentu kedua jenis makanan ini akan masukdaftar menu sahur. Hanya perlu memanaskannya sebentar.
Sebelum sahur, saya juga kerap mengonsumsi air putih hangatyang ditambah sedikit gula. Dengan adanya asupan air putih hangat, maka kondisilambung tidak benar-benar kosong sebelum terisi makanan berat.
Porsi makan pun benar-benar saya atur agar tidak terlalubanyak. Awalnya, saya juga takut jikalau saya tidak kuat hanya makan 4-5 sendokmakan nasi saat sahur. Lama-kelamaan, saya sudah terbiasa. Saya lebih banyakmemasukkan tahu tempe atau sayur ke dalam perut dibandingkan nasi.
Untuk nasi yang saya makan, saya hanya makan nasi tim ataunasi yang dimasak menggunakan rice cooker. Dengan kadar air yang cukup tinggi,maka nasi ini bisa saya cerna dengan baik.
Lucunya, menu makan sahur saya seakan kontradiksi dari menumakan yang sering tersedia saat saya di rumah. Keluarga saya sering makandengan aneka gorengan, sambal, dan berbagai makanan yang menjadi pantangan.Makanya, saya kerap melipir keluar untuk pergi membeli bubur ayam atau hanyamakan oatmeal sebagai menu sahur.
Jika saya sedang berada di kontrakan, maka menu-menu tersebut bisa saya sediakan. Ada kalanya, saya juga mengajak serta tetangga kontrakan yang juga sama-sama menderita GERD. Kami saling berbagi makanan yang GERD-friendly agar bisa sama-sama menguatkan untuk tetap bisa sahur danmenjalankan akitivitas ibadah puasa.
Sebagai penutup, saya selalu membiasakan diri makan pisang beberapasaat sebelum imsak. Adanya kalium dengan jumlah cukup dalam pisang membuat asamlambung yang ada di dalam sistem pencernaan saya bisa terkendali. Selain itu,kandungan beberapa vitamin, seperti vitamin C, vitamin B, dan vitamin B12membuat asupan gizi saya bisa terkendali meski puasa. Dan tentunya, saya tidakmerasakan sensasi apapun setelah mengonsumsi pisang saat sahur.
Walau cukup selektif memilih menu sahur, sebagai penderitaGERD lama-kelamaan saya sudah terbiasa dengan rutinitas sahur. Malah, untukpuasa kali ini, saya cukup bersyukur bisa makan menu yang awalnya cukup sayahindari, semisal telur goreng atau beberapa sayuran. Asal, saya tetap tidakmemakan menu yang pedas, mi instan, susu, dan tentunya kopi.
Jadi, apa yang harus ditakutkan lagi?
Sekian, salam.