Ikrom Zain
Ikrom Zain Tutor

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Berdamai dengan Hormon Pengatur Lapar agar Tidak Kalap Belanja Makanan

2 Mei 2020   04:00 Diperbarui: 2 Mei 2020   06:21 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makanya, pada hari keempat dan seterusnya, keinginan untuk berbelanja makanan dengan jumlah banyak mulai menurun. Saya pun pada hari keempat dan seterusnya lebih pasrah kepada apa yang dimasak oleh ibu atau adik perempuan saya dan tidak memiliki keinginan menggebu membeli bahan makanan yang rencananya saya masak selepas salat Tarawih.

Ilustrasi kadar hormon ghrelin saat tinggi dan diikuti nafsu makan tinggi (kiri) dan saat rendah (kanan). ask-jansen.com
Ilustrasi kadar hormon ghrelin saat tinggi dan diikuti nafsu makan tinggi (kiri) dan saat rendah (kanan). ask-jansen.com
Mengonsumsi makanan tinggi protein menjadi salah satu cara agar hormon ini tetap terjaga dengan baik dan kita tidak mengalami lapar semu berlebihan.  Sebenarnya, selain mengonsumsi makanan yang bernutrisi, lapar semu ini bisa saja dikontrol dengan banyak hal. Tidur yang cukup adalah salah satu solusinya. Kurang tidur dapat menyebabkan kadar ghrelin meningkat dan saat kita terjaga pada siang hari, rasa lapar itu akan memuncak. Kurang tidur juga membuat hormon leptin yang dibutuhkan untuk merasa kenyang menjadi kurang optimal dan kita akan terus merasa lapar dan lapar.

Konsumsi air dan mengurangi stress juga bisa menjaga kita tidak kalap berbelanja makanan saat berpuasa ini. Ketika tubuh kita stress, hormon di dalam insulin bekerja tidak secara optimal. Kadar glukosa pun yang sebenarnya cukup menjadi kurang dan kita akan merasa lapar dan ingin membeli banyak makanan.

Intinya, kalap belanja makanan sebenarnya berhubungan dengan pengaturan hormon di dalam tubuh. Semakin kita berdamai dengan hormon tersebut dengan melakukan berbagai tindakan yang sesuai diajarkan Rasulullah, maka kita akan terhindar dari fenomena tersebut.

Sebaliknya, jika kita tetap memiliki pola hidup yang tidak sehat, meski berpuasa, kita tidak akan bisa menjaga makanan yang kita beli dan kita konsumsi. Bahkan, beberapa diantaranya malah terbuang akibat rasa kenyang yang datang tiba-tiba. Kalau sudah begini kan jadi mubazir padahal masih banyak saudara kita yang membutuhkan makanan akibat pandemi ini.

Jadi, mari berdamai dengan hormon di dalam tubuh kita agar tidak kalap belanja makanan.

Sumber:
(1) (2) (3) (4)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun