Kasihan Bukber, Disalah-salahkan
Ternyata, tidak sedikit yang memiliki pandangan miring tentang bukber. Pandangan yang mungkin juga Anda miliki tentang bukber. Singkat kata, mereka memandang miring bukber karena yang bukber malah tidak salat Maghrib.
Puasa, lalu buka puasa bersama tapi malah tidak salat Mahgrib. Kalau sudah seperti itu, malah yang dipersalahkan adalah bukbernya. Kan kasihan bukbernya. Dia tidak tahu apa-apa tapi dipersalahkan.
Bukan hanya dipersalahkan, tapi bukber malah dijauhi karena adanya fenomena bukber tapi tak salat Maghrib. Bayangkan, betapa kasihannya bukber. Dia dipandang miring, dipandang sebagai biang keladi, lalu ditinggakan.
Padahal bukber tidak salah apa-apa. Bagaimana perasaan bukber ketika diperlakukan seperti itu. Bukber yang mulanya berstatus positif atau netral, kini malah ada yang memandang sebagai status negatif.
Sekali lagi, kasihan bukbernya. Manusia memang kadang begitu, yang salah manusia, yang jadi kambing hitam pihak lain. Yang salah manusia, yang jadi kambing hitam adalah bukbernya.
Lama kelamaan, nanti pandangan miring tentang bukber beranak pinak. Pandangan miring tentang bukber akan turun temurun. Nantinya, tak ada lagi orang yang melakukan bukber. Nanti, mereka yang melakukan bukber langsung dituding tidak salat Maghrib.
Kan kasihan ya.
Padahal, bukber itu banyak manfaatnya. Menggerakkan ekonomi. Setidaknya bukber akan ada uang yang didapatkan mereka yang beraktivitas ekonomi. Makanannya atau minumannya terjual karena ada bukber.
Lalu karena ada yang tidak salat Maghrib, bukbernya yang disalahkan. Itu namanya salah alamat. Kalau orangnya setelah bukber tidak salat Maghrib, jangan bukbernya yang disalahkan.
Yang bermasalah orangnya, yang disalahkan bukbernya. Lalu jadi stigma "bukber tak bermanfaat". Kasihan bukbernya, kasihan mereka yang sering dapat berkah dari bukber.