Mulut Orang Berpuasa Wanginya Melebihi Minyak Misik Apa Iya?
"Keadaan bau mulut orang yang berpuasa terjadi di hari pembalasan atau akhirat nanti Allah SWT akan membalas orang yang berpuasa dengan bau wangi di mulutnya yang mengalahkan wanginya minyak misik"
Mulut Orang Berpuasa Wanginya Melebihi Minyak Misik Apa Iya ?
Pertanyaan tersebut diatas tidak berlebihan tentang kebenaran sebagaimana disampaikan dalam sebuah hadist bahwa baunya mulut orang berpuasa itu wanginya melebihi minyak misik sehingga tidak perlu lagi untuk dibersihkan benarkah pemahaman seperti ini?
Kalau pemahaman tekstual hadis seperti dibenarkan maka kita tidak perlu lagi membersihkan mulut dengan sikat gigi toh sudah wangi rasanya terlalu mengedepankan kegenitan cara berpikir menangkap pesan yang disampaikan sebagaimana dalam tekstual hadist terebut ini memerlukan pemahaman lain tidak melulu menangkap makna tekstualnya meski begitu hadist tentang wanginya mulut orang yang berpuasa bagi saya khususnya sudah tidak asing lagi mengingat dari sejak kecil sering mendengarkan cerita tentang ini namun sayang hanya sebatas cerita tidak menjelaskan secara detail tentang bau mulut sehingga pemahaman saya sangat sederhana sekali langsung menangkap ya memang tidak bau itu saja titik memang harus diakui lebih terjebak dalam pemahaman tekstual entah karena tidak paham, atau terlalu terburu-buru dalam mengambil kesimpulan tanpa melakukan analisa hadis terlebih dahulu sehingga pemahamannya tidak bertentangan dengan maksud hadis diatas
Menjawab persoalan tersebut kita dituntut untuk memahami istilah dalam mengambil sebuah makna hadis ada majazi, ada juga makna hakiki nah yang bersifat majazi tidak bisa dipahami dalam bentuk teks aslinya, berbeda dengan makna hakiki hadis dapat langsung dipahami sesuai dengan teks yang tertulis untuk hadis tentang bau mulut orang yang berpuasa melebihi minyak miski rasanya wajib dimaknai secara majazi kenapa? supaya mendapatkan makna yang sesungguhnya bukan berdasarkan teks hadis semata karena itu ulama juga mensyaratkan dalam memahami hadist kudu melihat dari segi risalah dan non risalah hadis , pendekatan tekstual dan kontekstual, pendekatan asbab al-wurud, pendekatan nasakh wa mansukh, pendekatan ilmu gharib hadist, dan pendekatan ikhtilaf al-hadis dan kaedah penyelesaian ikhtilaf al-hadis nah dari keempat pendekatan ini yang paling cocok dalam memahami hadist tentang bau mulut orang yang berpuasa adalah pendekatan majazi dengan tidak mengabaikan pendapat-pendapat para ulama hadis
Melihat hal ini mencoba melihat hasil kajian NU Online ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika membaca hadits tersebut sebagaimana yang disampaikan dalam buku yang berjudul At-Thuruqus Shahihah fi Fahmi Sunnatin Nabawiyyah mengatakan ada beberapa hadits yang harus dipahami secara majaz dan salah satunya hadits ini bahwa yang dimaksud dengan wangi menurut Allah bukan berarti wangi berdasarkan penciuman dalam kontek indra manusia yang merasakan penciuman dari hidung karena sangat mustahil bagi Allah SWT untuk mencium atau melakukan aktivitas indra lain karena ini sama saja menyamakan Allah dengan makhluk-Nya ini sangat berbahaya padahal Allah SWT tidak seperti makhluk-Nya sebagaimana firman-nya ""Tiada satu pun yang sama dengan Allah. Dan, Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat" [Surat Asy-Syura 11] ayat ini mempertegas, dan harus menjadi keyakinan bagi kita bahwa Allah SWT benar-benar berbeda secara mutlak dengan seluruh makhluk yang ada dimuka bumi .
dengan demikian untuk menyelamatkan pemahaman maka yang dimaksud Athyabu Indallah min Rihil Misk (lebih wangi dari minyak miski) adalah lebih terhadap berlipatnya pahala yang diberikan Allah SWT daripada pahala orang yang memakai minyak misik yang sering digunakan digunakan pada saat pelaksanaan shalat Jumat, shalat Idul Fitri atau Idul Adha pemahaman ini juga dikuatkan oleh al-Bujairimi dalam kitab Tuhfatul Habib ala Syarhil Khatib
Namun juga tidak boleh mengabaikan pemahaman lain tentang keadaan bau mulut orang yang berpuasa ini terjadi nanti di hari pembalasan atau akhirat sebagaimana disampaikan oleh Al-Qadhi Iyadh mengatakan bahwa di akhirat kelak Allah SWT akan membalas orang yang berpuasa dengan bau wangi di mulutnya yang mengalahkan wanginya minyak misik sampai disini kita semakin memahami paham bahwa ternyata pesan pembelajaran penting hadis tentang bau mulut orang yang berpuasa bukan dalam pengertian tekstual tetapi lebih terhadap majazi