Inayat
Inayat Swasta

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Bingkisan Lebaran Zaman Baheula dan Zaman Kiwari Jelas Berbeda

2 April 2024   08:57 Diperbarui: 2 April 2024   09:12 3286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bingkisan Lebaran Zaman Baheula dan Zaman Kiwari Jelas Berbeda
Dok. Bharata.News

Bingkisan Lebaran Zaman Baheula  dan Zaman Kiwari Jelas Berbeda

Jika bicara soal bingkisan pikiran saya selalu menerawang saat saya masih kecil hidup di kampung halaman  teringat tadisi lama zaman baheula untuk soal bingkisan atau adiah sangat sederhana sekali tidak bikin ribet, tidak perlu dihias, tidak terlalu pusing  jika mau lebarantiba  terutama menjelang waktu sore hari setelah Ashar ada suatu kebiasaan baik yang perlu dilestarikan di kampung halaman para orang tua  biasanya saling memberikan makanan baik  antar tetangga, , saudara muda ke sadudara yang lebih tua apakah kakek, bibi, paman , dan uwa  terasa sekali suasana kesederhanaannya karena  bingkisan yang diberikan tidak memerlukan kemasan yang aneh-aneh dibuat semenarik mungkin karena zaman behula mana ada orang yang memperhatikan soal bentuk wadah yang dikemas semenarik mungkin  karena bingkisan yang akan dikirimkan hanya cukup tempat semacam panci yang sedang  lalu didalamnya diisi dengan aneka makanan khas lebaran nasi, daging kerbau, dagig ayam, aneka ikan,  

ada aneka makanan khas lebaran ada nasi, daging, ikan, sayuran matang, lontong, telor, dan kue-kue lalu pancinya yang sudah terisi dibungkus oleh kain kemudian biasanya anak-anaknya yang disuruh menghantarkan kepada saudara tua dari ibu atau ayah sehingga dengan cara seperti ini sangat mengeratkan hubungan mesra antara saudara nah begitu juga pulangnya tempat tersebut tidak akan kosong tetapi akan diisi kembali saling memberi ini mengingatkan saya akan firman Allah SWT "Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu." (Q.S. An-Nisa' : 86)" rupanya orang tua kita zaman beheula sedang mempraktekan anjuran Allah SWT sebagaimana tersebut dalam QS Annisa 86

Dok. terakota.Id
Dok. terakota.Id

Kebiasaan saling memberi dikampung berjalan cukup lama entah zaman sekarang apakah kebiasaan tersebut masih terjaga atau sudah luntur tergerus oleh zaman yang serba instan yang pasti sudah banyak perubahan tidak akan ada lagi pemandangan disore hari saat anak-anak kecil menggendong panci berisi makanan untuk dihantarkan kepada saudara tua

Budaya bingkisannya tetap berjalan tetapi dengan kemasan yang berbeda tidak lagi berupa makanan matang lauk pauk dsb bicara bingkisan lebaran  yang terbayang bukan saudara tua tetapi pikiran kita akan menerawang terhadap  para bos atau pimpinan perusahaan, perkantoran, lembaga, atau yayasan untuk memberikan hadiah kepada bawahannya  selain sebagai bentuk perhatian terhadap karyawan  juga sebagai salah satu untuk menjaga hubungan baik antara bos dan karyawannya karena  bangsa kita tidak melihat jenis apa saja yang diberikan tetapi lebih terhadap perhatiannya mengingat manusia  pada dasarnya senang jika diberi seolah mendapatkan perhatian khusus nah begitu juga bagi pelaku usaha air isi ulang gallon di salah satu perumahan  dimana saya tinggal  pada setiap lebaran selalu memberikan bingkisan kepada para pelanggannya sebagai bentuk apresiasi menjadi konsumen tetap yang sudah lama menjadi pelanggannya  inilah pentingnya mengembangkan sikap saling menghargai antara penjual dan pelanggan dapat dilihat dari eratnya tali silaturahmi yang terjalin selama ini nah salah satu bentuk perhatiannya adalah dengan cara memberikan give sebagai wujud dari bentuk penghargaan terhadap pelanggan ini akan menjadi penilaian tersendiri bagi konsumen sehingga akan menjadi pelayan loyal karena jalinan hubungan yang dibangun tidak lagi sebagai penjual dan pembeli ansich tetapi lebih dari itu sebagi kawan yang bisa saling melengkapi (Need each other)

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Lalu apa bentuk bingkisannya ? kalau zaman baheula bingkisan berupa makanan yang sudah matang sebagai khas masakan lebaran namun kini semua sudah berubah dan cenderung praktis bingkisan cukup menggunakan paper bag sebagai bungkus bingkisan atau dengan menggunakan kotak kardus didalamnya sudah diisi dengan  minyak goreng, gula pasir, sirop, terigu, beras 5 Kg, kopi kapal api, 1 kaleng kue kering, kecap botol, indomie, selain itu ada juga bingkisan kain sarung, peci, mukena untuk wanita, jilbab, baju koko untuk laki-kali semua barang tersebut sudah tersedia di pasar-pasar dan toko yang sudah dalam kemasan menarik tingal membeli jadi sekarang pilihannya ada dikita apakah mau langsung membeli bingkisanyang sudah jadi  ditoko tinggal pilih banyak para pedagang yang berjejer dipasar-pasar menjajakan berbagai bingkisan atau mau membeli bahannya  lalu dikemas sndiri dirumah dengan rapisebagai hasil kreasi sendiri  terlebih jika sudah liburan banyak waktu luang untuk membuat bingkisan yang pasti akan lebih menghemat biaya yang dikeluarkan tetapi semuanya berpulang kepada masing-masing terpenting adalah mau atau tidak untuk  memberikan bingkisan terhadap orang yang membutuhkan dari mereka yang dianggap duafa, lansia, anak yatim piatu, difabel, gelandangan, pengemis, atau penghuni panti asuhan dan panti jompo, serta pekerja penyapu jalanan , menjadi sasaran pemberian bingkisan Lebaran.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun